Translate

Selasa, 24 Desember 2013

Yesus Kristus dalam refleksi Palestina dan Papua untuk berkat Natal bagi perdamaian di dunia!


Yesus Kristus dalam refleksi Palestina dan Papua untuk berkat Natal bagi perdamaian di dunia!

Oleh Farsijana Adeney-Risakotta

 

Natal tahun ini sangat istimewa kepada saya. Natal berarti lahir. Kata Natal masuk dalam bahasa Indonesia melalui bahasa Portugis yang berarti lahir. Kata Natal berakar pada bahasa Latin, Dieas Natalis yang juga digunakan dalam bahasa Indonesia pada saat pelaksanaan hari kelahiran suatu universitas, disebut merayakan Dies Natalis. Istilah Natal dalam bahasa Inggeris, Christmas berakar pada bahasa Inggeris kuno yaitu Cristesmaesse  yaitu ibadah yang dilakukan oleh gereja untuk merayakan hari kelahiran Yesus Kristus.

Hari Natal adalah hari istimewa buat umat Kristian di seluruh dunia. Pada hari ini, seluruh kemegahan kemanusiaan manusia seolah-olah tidak bermakna apa-apa. Makanan enak yang disiapkan oleh keluarga, yang ditawarkan oleh restoran terkenal termasuk perayaan di hotel-hotel seolah-olah hambar. Musik-musik yang bernyanyi di konser-konser termasuk di gereja-gereja seolah-olah belum memberikan kelegaan kepada manusia.  Semuanya menjadi sia-sia apabila perayaan itu tidak menggetarkan dengan sejarah kehidupan manusia sendiri.

Di Indonesia, gereja yang paling penuh adalah pada saat Natal. Selain Natal, umat Kristiani juga berbondong-bondong menghadiri kebaktian Paskah. Tetapi Natal sangat penting karena pada saat itu, setiap orang dihadapkan kepada kelahiran dirinya sendiri. Siapapun manusia, apapun latar belakangnya, dengan aliran agama yang berbeda, keyakinan ideologi yang bertentangan dari arus utama masyarakat, ketika diperhadapkan pada pusat dirinya, pertanyaan yang sering muncul adalah apa tujuan kelahiran saya?

Natal mengingatkan tentang tujuan kelahiran umat manusia. Kelahiran Yesus Kristus, sebagai bayi yang kudus dianugerahkan oleh Allah, kepada manusia supaya dari sini manusia bisa menggambarkan berulang-ulang kali perjalanan kehidupannya sendiri di muka bumi. Sejak menjadi bayi, Yesus Kristus telah berhadapan dengan tragedi, dilahirkan di kandang binatang sebagaimana dipahami oleh tradisi Kristiani.

Tradisi Islam menuliskan dalam kitab Maryam,  Isa Al-Masih dilahirkan di bawah pohon palem, bayi yang kuat ini dilahirkan dari perempuan suci, yang kuat, Maryam. Hanya ibu Maryam dengan bayi Isa Al-Masih terbaring tanpa tanda-tanda kemegahan seperti digambarkan pada Alkitab di mana ada orang-orang Majus, yang datang membawa persembahan sebagai tanda penghormatan kepada bayi Kristus yaitu sang Raja Penyelamat dunia.

Ketika semua kekuasaan dan kekuatan manusia tidak berarti sama sekali, di sanalah kemahakuasaan Allah menjadi sangat kuat.  Baik tradisi Kristiani dan tradisi Islam menggambarkan tentang penyertaan Allah kepada ibu Maryam. Maryam dalam tradisi Kristiani menyanyikan berita sukacita tentang misi Allah dalam tubuhnya yang tanpa mempunyai seorang suami akan melahirkan seorang bayi kudus, yang diberikan nama Yesus Kristus.  Maryam bernyanyi memuliakan kebesaran Allah, menuturkan kemegahan semesta raya. Kemuliaan Allah yang tidak tertandingi sedang dilakukan kepada dirinya, seorang perempuan, Maryam untuk membawa perdamaian kepada dunia ini.

Perdamaian menjadi berita yang sangat penting dari Allah kepada umat manusia. Ribuan tahun, puluhan ribu tahun, milyaran tahun, perdamaian menjadi pergumulan manusia. Manusia harus berlayar bahwa dirinya adalah ciptaan Allah yang memiliki hati Allah sehingga bisa berhenti untuk mengagumi keluarbiasaan langit, kengerian alam di bawah tanah, keindahan bulan dan bintang dan kekuatan teriknya mentari. Di bawah salju yang tebal, menguapkan panas tanah sehingga burung-burung dengan kaki-kaki mungil bisa berlari-lari.

Untuk Natal tahun ini saya melukis kartu-kartu Natal untuk merayakan sukacita saya. Kartu-kartu ini saya akan kirimkan kepada berbagai orang, mereka yang mendoakan saya ketika kecelakaan kenderaan menimpa pada kami sehingga tulang belakang saya patah. Kartu Natal pertama yang saya lukiskan adalah burung kardinal di atas pohon yang ditutupi salju. Salju juga menutupi tanah. Sesudah saya diberikan body brace untuk melindungi penguatan T-11 dan L-4, tulang belakang yang dikatakan oleh dokter tidak bisa lagi bertumbuh kecuali otot-ototnya dikuatkan untuk mendukung posturnya yang tegak, saya hanya bisa menulis.  Pada ruang kerja saya terpampang pemandangan kebun belakang dari rumah kami di Boston. Di sinilah saya mengamati burung-burung kecil, termasuk kardinal yang indah dengan warna merahnya yang kuat di antara salju memutih yang berkilauan.

Burung-burung kecil yang kuat, kemanakah mereka berumah ketika badai salju datang?  Saya selalu melihat-lihat mencari tahu kemanakah burung-burung kecil ketika potong-potongan salju seperti kapas dari yang kecil makin membesar menutupi tanah.  Saya pergi tidur sesudah malam turun dan salju masih jatuh. Pagi-pagi saya bangun membuka jendela kamar ingin melihat salju segar yang halus di tangan.  Hati saya bersorak, burung-burung kecil seperti sedang menunggu saya. Mereka sudah lebih dulu memuliakan Allah sang Pencipta. Bersiulanlah mereka, burung-burung kecil yang saya terus gambarkan dalam hati sampai saya melukis setiap garisan membentuk rupa mereka. Burung-burung kecil adalah bukti penyertaan Tuhan kepada saya.

                                     Lukisan saya: Burung kardinal dan salju

Bayi Yesus Kristus adalah tanda kesucian yang diperlukan oleh umat manusia untuk mengisi hati mereka. Kesakitan yang dirasakan oleh manusia, hanya bisa disembuhkan dalam cinta kasih Yesus Kristus. Saya ingat doa dari Amelia Jigabalom, seorang tokoh perempuan yang berjuang untuk keadilan di Papua. Amelia Jigabalom dan semua orang Papua mendapatkan kekuatan dari Yesus Kristus yang adalah prajurit kepada mereka. Yesus Kristus menjadi penegakan keadilan dan kebenaran untuk mereka terus berjuang menegakkan keadilan dan kebenaran.

Tak berbeda dengan saudara-saudari di Palestina, mereka juga mendapatkan kekuatan dari Yesus Kristus. Pagi ini, saya membaca dari koran Israel, The Time of Isreal tentang artikel yang ditulis oleh Raphael Ahren. Dalam artikel ini, Raphael Ahren mempertanyakan keabsahan sejarah karena Atoritas Palestina, Presiden Mahmoud Abbas  mengklaim bahwa Yesus Kristus adalah seorang Palestina. Raphael Ahren mengatakan bahwa Presiden Mahmoud Abbas tidak mengerti sejarah Yesus Kristus yang sebenarnya adalah seorang Yahudi.  Presiden Mahmoud Abbas mengatakan Yesus Kristus seorang Palestina, untuk menjelaskan bahwa Israel menjadi penyebab pengusiran orang Kristen, yaitu orang Palestina dari tanah suci, Yerusalem. Raphael Ahren mengatakan bahwa Palestina sedang menulis kembali sejarah Yesus Kristus. Untuk mengingatkan Presiden Mahmoud Abbas, Raphael Ahren menulis judul artikelnya “Israel to Abbas: No, Jesus was not a Palestinian”.  Sambil mengejek, Ahren mengatakan bahwa Presiden Abbas mungkin ingin pelukan dari Santa Klaus karena kesalahan yang dilakukannya itu.


 

Sehari sebelum Natal 2013, Presiden Abbas mengatakan Yesus Kristus adalah seorang Palestina, sama saja dengan para pejuang Papua yang juga menganggap Yesus Kristus adalah orang Papua, seorang prajurit.   Yesus Kristus bagian dari sejarah Islam maupun Kristiani yang membawa kabar perdamaian kepada mereka yang lemah, tidak berkuasa. Orang-orang yang terpinggir, mereka yang memperjuangkan keadilan untuk mendapat hak-hak dasar kehidupan  yang dihilang oleh yang berkuasa. Mereka mendapatkan kekuatan dari Yesus Kristus, sang bayi yang sejak lahir sudah menghadapi tragedi yang darinya kehidupan benar dan utuh dibangun sendiri oleh Allah, sang Pemilik hidup sehingga Yesus Kristus bisa melayani dan melakukan keajaiban dalam dunia yang tidak adil. Dunia sekarang kehilangan maknanya apabila tidak melihat kerja Allah yang tetap menguatkan mereka yang lemah, tidak berdaya oleh kekuasaan yang lebih besar dari dirinya.

Saya menulis untuk menguatkan diri sendiri yang sedang dibalut oleh perisai, dan bersyukur karena kekuatan Yesus Kristus berada bersama-sama dengan saudara-saudari saya di Papua maupun saudara-i saya di Palestina. Ketika tangan kanan saya dibalut gibs karena sikunya bergeser, saya melukis tentang perdamaian di Gaza. Lukisan itu sangat mengharukan hati saya, karena saya seperti mendapat penerangan mendalam tentang kesuciaan dari tanah suci yang menjadi sumber penderitaan manusia. Saya melukis sambil meneteskan airmata saya.  Dalam bayangan saya, saya melihat di bawah tanah tidak ada batas-batas yang dibuat oleh manusia di atas tanah. Di bawah tanah dan di atas langit hanya ada kesucian, kekudusan yang diperlukan oleh manusia untuk hidup di dunia ini.

Untuk merayakan Natal tahun 2013, saya ingin menunjukkan lukisan berjudul “Tuhan berdamai di Gaza, Palestina!”. Lukisan ini bersama dengan lukisan, foto, patung, dan tulisan kritik di pamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta pada bulan Mei 2013. Lukisan ini adalah visualisasi dari puisi saya. Saya hadirkan baik puisi maupun foto dari lukisan saya dengan judul Tuhan berdamai di Gaza, Palestina!

Aksesitas ke puisi Tuhan berdamai di Gaza, Palestina! dipublikasikan di blog “Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua” pada tanggal 18 November 2012, yang bisa dilihat pada http://farsijanaindonesiauntuksemua.blogspot.com/2012/11/tuhan-berdamai-di-gaza.html
 

 

Saya salinkan kembali:

Tuhan berdamai di Gaza, Palestina!

Hujan lebat semalam
sunyi senyap
semua makhluk terlelap
senapas Sang Pencipta
bersama merebah
saling menjagai

Tuhan, Engkaukah di sana
berbaring dengan
anak-anak
di Gaza
bersisian dengan
perempuan
diTimur Tengah
Tuhan, Engkaukah di sana
dengan Palestina

Menjelang subuh
suara adzan
menjagai saya
di sini
mengingat
berita perang
di Gaza
dalam doa
saya menyebut namaMu
Tuhan, Engkau di sana
senapas dengan mereka!

Hujan mereda
tanah masih basah
laron beterbangan
sekali hidup
sesudah musim berganti
laron rapuh
sayap patah
sebelum lemas
lenyap
tak membekas

Tuhan, Engkaukah di sana
menitiskan
cinta kasih
melembutkan hati
semua makhluk
hidup saling menjagai

Seperti laron
beterbangan ke arah jalanan
mendarat kemudian tergilas
seperti manusia
berlarian menghindari diri
dari serangan
senjata modern
mereka sudah hilang
sebelum tiba di tempat aman

Saya bisa  apa untuk
mereka
Palestina
kecuali menulis puisi
meneguhkan jiwa
segeralah
Tuhan, ku mohon
hentikanlah perang di sana
bukankah Engkaupun
ingin damai?

Terima kasih Tuhan!

 

Sedangkan lukisan  saya berjudul “Tuhan berdamai di Gaza, Palestina!” yang merupakan visualisasi dari puisi  dengan judul yang sama bisa dilihat pada  link http://www.pinterest.com/pin/535083999447586878/
 

Dunia memerlukan perdamaian sehingga semua umat beragama, dengan berbagai manusia lain yang hanya mempercayai nilai-nilai humanis juga bisa hidup secara damai. Inilah harapan Natal untuk suatu kelahiran yang memberikan resolusi bagi perjalanan tahun baru yang semua orang sedang menghadapinya. Resolusi Tahun Baru adalah menjadikan bumi ini perdamaian untuk sesama, terutama menghentikan perang yang menyebabkan orang-orang kecil seperti di Papua dan Palestina mengalami penderitaan. Natal membawa pemerintah yang berkuasa seperti di Israel dan di Indonesia untuk melakukan negosiasi dengan Palestina dan Papua. Kiranya kekuatan damai Natal tahun 2013 memberikan perdamaian di tahun 2014 untuk kita semua.

1 komentar:

  1. saya selalu menyukai tulisan-tulisan ibu.. tetap semangat dalam balutan gibs, Tuhan berkati ibu dan keluarga

    BalasHapus