Yesus Kristus dalam refleksi Palestina dan Papua untuk
berkat Natal bagi perdamaian di dunia!
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta
Natal tahun ini sangat istimewa kepada saya. Natal berarti
lahir. Kata Natal masuk dalam bahasa Indonesia melalui bahasa Portugis yang
berarti lahir. Kata Natal berakar pada bahasa Latin, Dieas Natalis yang juga
digunakan dalam bahasa Indonesia pada saat pelaksanaan hari kelahiran suatu
universitas, disebut merayakan Dies Natalis. Istilah Natal dalam bahasa
Inggeris, Christmas berakar pada bahasa Inggeris kuno yaitu Cristesmaesse yaitu ibadah yang dilakukan oleh gereja untuk
merayakan hari kelahiran Yesus Kristus.
Hari Natal adalah hari istimewa buat umat Kristian di
seluruh dunia. Pada hari ini, seluruh kemegahan kemanusiaan manusia seolah-olah
tidak bermakna apa-apa. Makanan enak yang disiapkan oleh keluarga, yang
ditawarkan oleh restoran terkenal termasuk perayaan di hotel-hotel seolah-olah
hambar. Musik-musik yang bernyanyi di konser-konser termasuk di gereja-gereja
seolah-olah belum memberikan kelegaan kepada manusia. Semuanya menjadi sia-sia apabila perayaan itu
tidak menggetarkan dengan sejarah kehidupan manusia sendiri.
Di Indonesia, gereja yang paling penuh adalah pada saat
Natal. Selain Natal, umat Kristiani juga berbondong-bondong menghadiri
kebaktian Paskah. Tetapi Natal sangat penting karena pada saat itu, setiap
orang dihadapkan kepada kelahiran dirinya sendiri. Siapapun manusia, apapun
latar belakangnya, dengan aliran agama yang berbeda, keyakinan ideologi yang
bertentangan dari arus utama masyarakat, ketika diperhadapkan pada pusat
dirinya, pertanyaan yang sering muncul adalah apa tujuan kelahiran saya?
Natal mengingatkan tentang tujuan kelahiran umat manusia.
Kelahiran Yesus Kristus, sebagai bayi yang kudus dianugerahkan oleh Allah,
kepada manusia supaya dari sini manusia bisa menggambarkan berulang-ulang kali
perjalanan kehidupannya sendiri di muka bumi. Sejak menjadi bayi, Yesus Kristus
telah berhadapan dengan tragedi, dilahirkan di kandang binatang sebagaimana
dipahami oleh tradisi Kristiani.
Tradisi Islam menuliskan dalam kitab Maryam, Isa Al-Masih dilahirkan di bawah pohon palem,
bayi yang kuat ini dilahirkan dari perempuan suci, yang kuat, Maryam. Hanya ibu
Maryam dengan bayi Isa Al-Masih terbaring tanpa tanda-tanda kemegahan seperti
digambarkan pada Alkitab di mana ada orang-orang Majus, yang datang membawa
persembahan sebagai tanda penghormatan kepada bayi Kristus yaitu sang Raja
Penyelamat dunia.
Ketika semua kekuasaan dan kekuatan manusia tidak berarti
sama sekali, di sanalah kemahakuasaan Allah menjadi sangat kuat. Baik tradisi Kristiani dan tradisi Islam
menggambarkan tentang penyertaan Allah kepada ibu Maryam. Maryam dalam tradisi
Kristiani menyanyikan berita sukacita tentang misi Allah dalam tubuhnya yang tanpa
mempunyai seorang suami akan melahirkan seorang bayi kudus, yang diberikan nama
Yesus Kristus. Maryam bernyanyi
memuliakan kebesaran Allah, menuturkan kemegahan semesta raya. Kemuliaan Allah
yang tidak tertandingi sedang dilakukan kepada dirinya, seorang perempuan,
Maryam untuk membawa perdamaian kepada dunia ini.
Perdamaian menjadi berita yang sangat penting dari Allah
kepada umat manusia. Ribuan tahun, puluhan ribu tahun, milyaran tahun,
perdamaian menjadi pergumulan manusia. Manusia harus berlayar bahwa dirinya
adalah ciptaan Allah yang memiliki hati Allah sehingga bisa berhenti untuk
mengagumi keluarbiasaan langit, kengerian alam di bawah tanah, keindahan bulan
dan bintang dan kekuatan teriknya mentari. Di bawah salju yang tebal,
menguapkan panas tanah sehingga burung-burung dengan kaki-kaki mungil bisa
berlari-lari.
Untuk Natal tahun ini saya melukis kartu-kartu Natal untuk
merayakan sukacita saya. Kartu-kartu ini saya akan kirimkan kepada berbagai
orang, mereka yang mendoakan saya ketika kecelakaan kenderaan menimpa pada kami
sehingga tulang belakang saya patah. Kartu Natal pertama yang saya lukiskan
adalah burung kardinal di atas pohon yang ditutupi salju. Salju juga menutupi
tanah. Sesudah saya diberikan body brace untuk melindungi penguatan T-11 dan
L-4, tulang belakang yang dikatakan oleh dokter tidak bisa lagi bertumbuh
kecuali otot-ototnya dikuatkan untuk mendukung posturnya yang tegak, saya hanya
bisa menulis. Pada ruang kerja saya
terpampang pemandangan kebun belakang dari rumah kami di Boston. Di sinilah
saya mengamati burung-burung kecil, termasuk kardinal yang indah dengan warna
merahnya yang kuat di antara salju memutih yang berkilauan.
Burung-burung kecil yang kuat, kemanakah mereka berumah
ketika badai salju datang? Saya selalu
melihat-lihat mencari tahu kemanakah burung-burung kecil ketika potong-potongan
salju seperti kapas dari yang kecil makin membesar menutupi tanah. Saya pergi tidur sesudah malam turun dan
salju masih jatuh. Pagi-pagi saya bangun membuka jendela kamar ingin melihat
salju segar yang halus di tangan. Hati
saya bersorak, burung-burung kecil seperti sedang menunggu saya. Mereka sudah
lebih dulu memuliakan Allah sang Pencipta. Bersiulanlah mereka, burung-burung
kecil yang saya terus gambarkan dalam hati sampai saya melukis setiap garisan
membentuk rupa mereka. Burung-burung kecil adalah bukti penyertaan Tuhan kepada
saya.
Bayi Yesus Kristus adalah tanda kesucian yang diperlukan
oleh umat manusia untuk mengisi hati mereka. Kesakitan yang dirasakan oleh
manusia, hanya bisa disembuhkan dalam cinta kasih Yesus Kristus. Saya ingat doa
dari Amelia Jigabalom, seorang tokoh perempuan yang berjuang untuk keadilan di
Papua. Amelia Jigabalom dan semua orang Papua mendapatkan kekuatan dari Yesus
Kristus yang adalah prajurit kepada mereka. Yesus Kristus menjadi penegakan
keadilan dan kebenaran untuk mereka terus berjuang menegakkan keadilan dan
kebenaran.
Tak berbeda dengan saudara-saudari di Palestina, mereka juga
mendapatkan kekuatan dari Yesus Kristus. Pagi ini, saya membaca dari koran
Israel, The Time of Isreal tentang artikel yang ditulis oleh Raphael Ahren.
Dalam artikel ini, Raphael Ahren mempertanyakan keabsahan sejarah karena
Atoritas Palestina, Presiden Mahmoud Abbas
mengklaim bahwa Yesus Kristus adalah seorang Palestina. Raphael Ahren
mengatakan bahwa Presiden Mahmoud Abbas tidak mengerti sejarah Yesus Kristus
yang sebenarnya adalah seorang Yahudi.
Presiden Mahmoud Abbas mengatakan Yesus Kristus seorang Palestina, untuk
menjelaskan bahwa Israel menjadi penyebab pengusiran orang Kristen, yaitu orang
Palestina dari tanah suci, Yerusalem. Raphael Ahren mengatakan bahwa Palestina
sedang menulis kembali sejarah Yesus Kristus. Untuk mengingatkan Presiden
Mahmoud Abbas, Raphael Ahren menulis judul artikelnya “Israel to Abbas: No,
Jesus was not a Palestinian”. Sambil
mengejek, Ahren mengatakan bahwa Presiden Abbas mungkin ingin pelukan dari
Santa Klaus karena kesalahan yang dilakukannya itu.
Sehari sebelum Natal 2013, Presiden Abbas mengatakan Yesus
Kristus adalah seorang Palestina, sama saja dengan para pejuang Papua yang juga
menganggap Yesus Kristus adalah orang Papua, seorang prajurit. Yesus Kristus bagian dari sejarah Islam
maupun Kristiani yang membawa kabar perdamaian kepada mereka yang lemah, tidak
berkuasa. Orang-orang yang terpinggir, mereka yang memperjuangkan keadilan
untuk mendapat hak-hak dasar kehidupan
yang dihilang oleh yang berkuasa. Mereka mendapatkan kekuatan dari Yesus
Kristus, sang bayi yang sejak lahir sudah menghadapi tragedi yang darinya
kehidupan benar dan utuh dibangun sendiri oleh Allah, sang Pemilik hidup
sehingga Yesus Kristus bisa melayani dan melakukan keajaiban dalam dunia yang
tidak adil. Dunia sekarang kehilangan maknanya apabila tidak melihat kerja
Allah yang tetap menguatkan mereka yang lemah, tidak berdaya oleh kekuasaan
yang lebih besar dari dirinya.
Saya menulis untuk menguatkan diri sendiri yang sedang
dibalut oleh perisai, dan bersyukur karena kekuatan Yesus Kristus berada
bersama-sama dengan saudara-saudari saya di Papua maupun saudara-i saya di
Palestina. Ketika tangan kanan saya dibalut gibs karena sikunya bergeser, saya
melukis tentang perdamaian di Gaza. Lukisan itu sangat mengharukan hati saya,
karena saya seperti mendapat penerangan mendalam tentang kesuciaan dari tanah
suci yang menjadi sumber penderitaan manusia. Saya melukis sambil meneteskan
airmata saya. Dalam bayangan saya, saya
melihat di bawah tanah tidak ada batas-batas yang dibuat oleh manusia di atas
tanah. Di bawah tanah dan di atas langit hanya ada kesucian, kekudusan yang
diperlukan oleh manusia untuk hidup di dunia ini.
Untuk merayakan Natal tahun 2013, saya ingin menunjukkan
lukisan berjudul “Tuhan berdamai di Gaza, Palestina!”. Lukisan ini bersama
dengan lukisan, foto, patung, dan tulisan kritik di pamerkan di Bentara Budaya
Yogyakarta pada bulan Mei 2013. Lukisan ini adalah visualisasi dari puisi saya.
Saya hadirkan baik puisi maupun foto dari lukisan saya dengan judul Tuhan
berdamai di Gaza, Palestina!
Aksesitas ke puisi Tuhan berdamai di Gaza, Palestina! dipublikasikan
di blog “Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua” pada tanggal 18 November
2012, yang bisa dilihat pada
http://farsijanaindonesiauntuksemua.blogspot.com/2012/11/tuhan-berdamai-di-gaza.html
Saya salinkan kembali:
Tuhan berdamai di Gaza, Palestina!
Hujan lebat semalam
sunyi senyap
semua makhluk terlelap
senapas Sang Pencipta
bersama merebah
saling menjagai
Tuhan, Engkaukah di sana
berbaring dengan
anak-anak
di Gaza
bersisian dengan
perempuan
diTimur Tengah
Tuhan, Engkaukah di sana
dengan Palestina
Menjelang subuh
suara adzan
menjagai saya
di sini
mengingat
berita perang
di Gaza
dalam doa
saya menyebut namaMu
Tuhan, Engkau di sana
senapas dengan mereka!
Hujan mereda
tanah masih basah
laron beterbangan
sekali hidup
sesudah musim berganti
laron rapuh
sayap patah
sebelum lemas
lenyap
tak membekas
Tuhan, Engkaukah di sana
menitiskan
cinta kasih
melembutkan hati
semua makhluk
hidup saling menjagai
Seperti laron
beterbangan ke arah jalanan
mendarat kemudian tergilas
seperti manusia
berlarian menghindari diri
dari serangan
senjata modern
mereka sudah hilang
sebelum tiba di tempat aman
Saya bisa apa untuk
mereka
Palestina
kecuali menulis puisi
meneguhkan jiwa
segeralah
Tuhan, ku mohon
hentikanlah perang di sana
bukankah Engkaupun
ingin damai?
Terima kasih Tuhan!
sunyi senyap
semua makhluk terlelap
senapas Sang Pencipta
bersama merebah
saling menjagai
Tuhan, Engkaukah di sana
berbaring dengan
anak-anak
di Gaza
bersisian dengan
perempuan
diTimur Tengah
Tuhan, Engkaukah di sana
dengan Palestina
Menjelang subuh
suara adzan
menjagai saya
di sini
mengingat
berita perang
di Gaza
dalam doa
saya menyebut namaMu
Tuhan, Engkau di sana
senapas dengan mereka!
Hujan mereda
tanah masih basah
laron beterbangan
sekali hidup
sesudah musim berganti
laron rapuh
sayap patah
sebelum lemas
lenyap
tak membekas
Tuhan, Engkaukah di sana
menitiskan
cinta kasih
melembutkan hati
semua makhluk
hidup saling menjagai
Seperti laron
beterbangan ke arah jalanan
mendarat kemudian tergilas
seperti manusia
berlarian menghindari diri
dari serangan
senjata modern
mereka sudah hilang
sebelum tiba di tempat aman
Saya bisa apa untuk
mereka
Palestina
kecuali menulis puisi
meneguhkan jiwa
segeralah
Tuhan, ku mohon
hentikanlah perang di sana
bukankah Engkaupun
ingin damai?
Terima kasih Tuhan!
Sedangkan lukisan saya berjudul “Tuhan berdamai di Gaza,
Palestina!” yang merupakan visualisasi dari puisi dengan judul yang sama bisa dilihat pada link
http://www.pinterest.com/pin/535083999447586878/
Dunia memerlukan perdamaian sehingga semua umat beragama,
dengan berbagai manusia lain yang hanya mempercayai nilai-nilai humanis juga
bisa hidup secara damai. Inilah harapan Natal untuk suatu kelahiran yang
memberikan resolusi bagi perjalanan tahun baru yang semua orang sedang
menghadapinya. Resolusi Tahun Baru adalah menjadikan bumi ini perdamaian untuk
sesama, terutama menghentikan perang yang menyebabkan orang-orang kecil seperti
di Papua dan Palestina mengalami penderitaan. Natal membawa pemerintah yang
berkuasa seperti di Israel dan di Indonesia untuk melakukan negosiasi dengan
Palestina dan Papua. Kiranya kekuatan damai Natal tahun 2013 memberikan
perdamaian di tahun 2014 untuk kita semua.
saya selalu menyukai tulisan-tulisan ibu.. tetap semangat dalam balutan gibs, Tuhan berkati ibu dan keluarga
BalasHapus