Translate

Rabu, 19 Februari 2014

Ucapan belasungkawa dan dukungan terhadap tuntutan Dewan Adat Paniai


 Ucapan belasungkawa dan dukungan terhadap tuntutan Dewan Adat Paniai
 Oleh Farsijana Adeney-Risakotta


Petisi Warganegara NKRI untuk Papua

Menyampaikan ucapan belasungkawa kepada Dewan Adat dan warga masyarakat di Paniai atas kematian yang tragis terhadap seorang warganegara NKRI bernama  Yulianus Yeimo. Tubuhnya ditemukan meninggal di dalam sungai Bontai, kampung Dagouto, Distrik Paniai Timur. Diduga ia dibunuh kemudian jazadnya dibuang ke sungai. Luka-luka ditemukan di bagian hidung, dada, muka dan goresan di beberapa tempat di dada. Alasan pembunuhan tidak jelas tetapi diduga dibunuh oleh OTK (Orang Tidak Dikenal). Pada tanggal 18 Agustus 2012, Yulianus Yeimo disiksa oleh Aparat TNI karena dituduh merobek bendera Merah Putih. Menurut berita yang dirilis oleh Dewan Adat Paniai, Yulianus Yeimo sakit ingatan sejak tahun 2009. Kejadian perobekan bendera terjadi ketika ybs melewati lapangan dan memberikan hormat kepada bendera. Kemudian ybs menurunkan bendera dan merobeknya.

Atas kejadian tersebut Dewan Adat Paniai menyampaikan tiga tuntutan. Petisi Warganegara NKRI untuk Papua menulis tuntutan dari Dewan Adat Paniai.

Tuntutan kami adalah:

  1. Kapolda Papua dan PANGDAM XVI Bumi Cendrawasih agar segera memerintah Kapolres Paniai dan DANDIM Paniai, untuk mengusut tuntas pelaku kekerasan terhadap Yulianus Yeimo;
  2. Kapolda Papua dan Pangdam XVI Bumi Cendrawasih agar menghentikan operasi militer dengan jalan patroli-patroli di Paniai, karena Paniai sudah aman dan terkendali.
  3. Kami meminta kepada Pangdam XVI Bumi Cendrawasih agar personil yang berlebihan di Paniai seperti  Kopasus, Paskhas, BIN, agar ditarik dari Paniai.

 

Dari penjelasan yang ditulis oleh Dewan Adat Paniai, Petisi Warganegara NKRI untuk Papua mendukung Dewan Adat Paniai untuk meminta perhatian dari pemerintah pusat di Jakarta maupun di tanah Papua untuk segera memberikan rasa aman kepada anggota masyarakat di tanah Papua.

Penegakan keamanan dan perdamaian di tanah Papua adalah hak orang asli Papua, terutama menjelang Pemilu 2014 yang tinggal diambang pintu.  Dukungan sesama warganegara untuk meminta pemerintah pusat dan daerah memberikan keamanan dengan mengurangi aparat TNI seperti yang disampaikan oleh Dewan Adat Paniai sangat diharapkan. Papua merupakan daerah operasi militer yang terlama di dua sesudah Palestina, karena itu dukungan warga dunia terhadap Papua sangat dibutuhkan.

Sementar itu, pengerebekan dan penembahan kepada orang asli Papua, warga sipil yang sedang beribadah di Gereja. Mereka ditembak oleh aparat TNI.  Kejadiannya di Gereja Indonesia di Indonesia  (GIDI) di jemaat Dodopaga,  dan jemaat Kulirik di Kabupaten Puncak Jaya.  Anggota Brimob dan Densus 88 mengepung warga gereja dan gereja dibakar. Pendeta disiksa dan ditikam dengan pisau sangkur.  Insiden ini menyebabkan dua korban bernama  Lurugwi Morib, yang adalah Kepala Desa setempat dan Pamit Wonda sebagai Pendeta Jemaat.

Petisi Warganegara NKRI untuk Papua mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk menyelesaikan kasus-kasus kekerasan dan HAM yang ditetapkan dalam UU No.21 Tahun 2001 tentang pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk segera mengakhiri konflik berkepanjangan yang diposisikan sebagai konflik antara negara dengan rakyat. Argumentasi  negara bahwa orang asli Papua ingin merdeka dari NKRI selalu dipergunakan sebagai legitimasi untuk melakukan pembunuhan dan pelenyapan warganegara NKRI.  Argumentasi ini harus dipertanyakan karena semakin banyak orang asli Papua yang dibunuh, dimasuk dalam penjara dan mengalami penyiksaan. Mengapa Indonesia mendiamkan dan menggunakan alasan tuntutan kemerdekaan Papua  untuk membunuh warganegaranya sendiri? Mengapa warga dunia diam? Mengapa PBB diam?

Petisi Warganegara NKRI untuk Papua meminta perhatian berbagai pihak untuk mengakhiri kebohongan publik yang sedang dijalankan oleh pemerintah RI terhadap orang asli Papua. Tegakkanlah UU No.21 Tahun 2001 pasal 42 tentang pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk mengakhiri kekejaman negara beradab dan berdaulat terhadap warganegaranya sendiri.

Sumber berita:

Senin, 17 Februari 2014

Ngalor Ngilor Nongkrong di Facebook: Dari Advokasi, Amal dan Perubahan Bangsa melalui Pemilu 2014


Ngalor Ngilor Nongkrong di Facebook: Dari Advokasi, Amal dan Perubahan Bangsa melalui Pemilu 2014.

Oleh Farsijana Adeney-Risakotta

 

Sampai sekarang saya masih sulit duduk lama. Tulisan yang panjang belum banyak saya selesaikan. Potongan-potongan tulisan lebih membantu penyembuhan saya. Sambil berjalan atau tidur saya menyelesaikan potongan-potongan tulisan tersebut.  Kesembuhan sesudah kecelakaan mengubah cara kerja dan berdampak terhadap pengolahan aspirasi sahabat-sahabat di Indonesia. Saya seumpama seorang yang sedang menyelam dan bekerja di bawah laut. Di dalam lautan atau di atas awan, tidak penting bagi saya untuk bertanya di mana kabel-kabel jaringan komunikasi digital dibentangkan.  Manfaat yang luarbiasa sedang terjadi adalah membangun kerja-kerja antara negara, daerah, etnis, agama dan usia sedang mengubah cara berkomunikasi manusia saat ini.

Istilah yang digunakan untuk menyebut komunitas dunia maya membuka jalan untuk mengerti bentuk komunitas yang sangat berbeda dengan komunitas dalam real time. Komunitas dunia maya berinteraksi dengan bahasa tulisan, gambaran seperti foto atau lukisan dan suara dalam bentuk video.  Komunitas dunia maya melebihi istilah perkampungan.  Dalam real time, suatu kampung dipahami sebagai teritori yang proses memasukinya harus melalui berbagai tahap yang berlapis-lapis. Pada komunitas dunia maya, kampungnya sangat transparan. Interaksi bisa terjadi tanpa harus melewati proses pertemanan. Karena dalam satu jaringan ada berbagai sub jaringan lain yang akan terlibat dalam interaksi lebih luas atau tidak sama sekali.

Sejak tahun 2007 sesudah diundang oleh teman saya, Shawn Landers, baru sekarang dalam situasi saya mengalami proses penyembuhan dari kecelakaan, pemahaman yang sudah ada tentang komunitas dunia maya lebih dioptimalkan.  Facebook adalah hasil dari kolaborasi sahabat-sahabat Fulbright yang sampai sekarang masih saling menguatkan satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk saling memahami, kerja untuk keadilan dan perdamaian di dunia. Selain, Shawn Landers yang berada di California, Maureen di Scotland, Harun di Pakistan, Saheed di Afrika, telah memberikan inspirasi kepada saya untuk bekerja menguatkan komunitas akar rumput yang ada di Indonesia.

Kerja bersama anak, pemuda dan perempuan di Yogyakarta,  dengan meluaskan dukungan kepada sahabat-sahabat di luar Yogya, seperti di Maluku, Papua, Sumatera, Kalimatan dan Sulawesi telah melahirkan keterhubungan kerja melalui Facebook.  Keterhubungan dibentuk karena ada kerja nyata dalam komunitas di real time. Baru-baru ini, bersama dengan sahabat-sahabat dari Sumatera Utara, Papua, Jakarta, NTT, Yogyakarta, secara bersama-sama saling bahu membahu membangun dukungan untuk membantu pengungsi erupsi Sinabung. Dukungan komunitas sosial maya diorganiser melalui Page Lelang Amal untuk Pengungsi Sinabung yang pengelolanya adalah saya dan ibu Deva Alvina Br. Sebayang. Tetapi gerakan bantuan sosial dari komunitas sosial maya bisa mendapat dukungan dari berbagai pihak karena terbentuk sukarelawan-sukarelawan yang disebut HUB. HUB adalah orang-orang yang menjadi kunci dalam penyebaran berita tentang proses pengumpulan dana publik dari komunitas Dunia maya. Dengan kerja keras dari HUB, seperti mba Vensca Virginia Ginsel yang membawa jaringan Twitternya pada hari pertama Lelang Amal untuk Pengungsi Sinabung, telah menghasilkan dana sebesar Rp 11.000.000,-  Penambahan dana lain dilakukan melalui jaringan pertemanan dari berbagai sahabat yang berada di dalam Indonesia maupun di seluruh dunia.

Pada hari Jumat, tanggal 14 Februari 2014, dana bantuan tersebut yang langsung di kirim kepada bu Deva Alvina Br.Sebayang sudah diserahkan kepada para pengungsi yang berada di Batukarang dan . Jeruk di tanah Karo.  Pengumuman tentang donoratur dan proses penyerahan bantuan bisa dilihat langsung pada page Lelang Amal untuk Pengungsi Sinabung (http://www.facebook.com/pages/Lelang-Amal-Untuk-Pengungsi-Sinabung/241456166034803).

Sementara proses menolong pengungsi Sinabung dilakukan, letusan Kelud telah menyadarkan kita bersama tentang pentingnya warga masyarakat terlibat memperjuangan kepentingannya sendiri. Pengungsi Sinabung perlu mengerti tentang peta daerah bahaya dari kontur fisik gunung Sinabung.  Ketidakpengatahuannya berdampak terhadap kewaspadaan masyarakat terhadap gunung berapi yang dapat menyebabkan mereka cenderung takut. Padahal sebagai orang gunung, masyarakat hidup sehari-hari di gunung, diri mereka adalah bagian dari gunung. Gunung telah memberikan banyak berkat kepada masyarakat. Pengawalan dalam menguatkan pemahaman terhadap hak-haknya dilakukan dalam nongkrong-nongkrong di Facebook. Saya sangat bersyukur bisa bersama-sama dengan sahabat-sahabat di Indonesia melewati masa-masa kritis yang sedang dialami di tanah air.

Kelud sebagai suatu fenomena vulkanologi ternyata mengantarkan perluasan percakapan untuk memahami tindakan tafsir simbolik yang menjelaskan tentang penamaan Kelud. Kelud dalam bahasa Jawa berarti bebersih. Penamaannya dilakukan karena secara kenyataan ketika Kelud meletus, abunya juga menutupi seluruh pulau Jawa. Masyarakat bersusah payah membersihkan daerahnya masing-masing.

Kelud meletus sebelum Pemilu 2014 diartikan oleh masyarakat dalam dunia nongkrong-nongkrong FB sebagai peringatan kepada Indonesia. Tanggungjawab presiden SBY dalam membangun bangsa dan negara sedang diusi melalui letusan Kelud.  Alasan-alasan dimunculkan untuk menunjukkan bahwa kelud merupakan peringatan kepada bangsa Indonesia.  Sejak Reformasi sampai saat ini persoalan keterpurukan Indonesia belum selesai. Indonesia masih mengalami berbagai masalah yang kebanyakan orang melihat sebagai bagian dari kepemimpinan Presiden SBY yang lemah.

Wacana pemimpin alternatif mulai mengulir untuk dibahas. Sekarang tinggal 51 hari sebelum Pemilu 2014, pada bulan April 2014. Dalam pembahasan tsb, semakin jelas tentang sikap penolakan generasi muda untuk menolak mengikuti Pemilu. Golong putih (Golput) tampil menguat disebabkan karena harapan kepada kepemimpinan Indonesia yang baru tanpa sejarah kekerasan, pelanggaran HAM dan Orde Baru terkesan menipis. Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia, yang saat ini mempunyai kandidat populer didukung oleh rakya Indonesia, Yokowi ternyata masih belum jelas tentang keterlibatannya dalam bursa Capres. 

Apatisme terhadap generasi muda inilah mendorong saya untuk mempersiapkan deretan pendidikan pemilih yang komunikatif kepada sahabat-sahabat yang terjaring dalam komunitas sosial media Facebook.

Tulisan ini sekalipun ditulis dalam kurun waktu yang lama karena harus diketik sambil berdiri atau berjalan, saya upayanya untuk diperluas melalui blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Kiranya dari tulisan ini akan ada kekuatan saya untuk menulis lebih banyak sambil menahan kegelisan dari kesakitan tubuh demi kehidupan demokrasi di Indonesia.  Indonesia seperti bunga yang sangat indah tetapi sekaligus rentan untuk dilindungi bersama. Kampanye kesadaran tentang kerentanan Indonesia saya lakukan dengan melukis sambil menulis potongan-potongan tesis statement yang bisa mendorong pemikiran dan diskusi komunitas FB tentang tanggungjawab bersama membangun Indonesia. Perubahan Indonesia ada di tanganmu sahabat saya!