Translate

Senin, 23 Desember 2013

Mengucapkan Selamat Natal, catatan untuk Umat Muslim di Indonesia


Mengucapkan Selamat Natal, catatan untuk Umat Muslim di Indonesia
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta

 
Saat ini sahabat-sahabat saya di Indonesia sedang mendiskusikan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang pengucapan selamat Natal kepada umat Kristiani.  Saya, seorang Kristiani yang bekerja dengan sesama warganegara Indonesia, dengan perempuan, pemuda, anak-anak, mereka dari berbagai kalangan. Kebahagiaan saya adalah berbagi ilmu dan pendalaman keseharian hidup manusia di berbagai tempat di mana saya berada. Saya menulis perjumpaan kebersehajaan sesama manusia, dalam penceritaan melalui tuturan lisan maupun tulisan.

Saya menghayati kehidupan orang-orang yang saya jumpai untuk mengerti perjalanan pergolakan hidup mereka.  Saya terkagum-kagum menemukan kekuatan yang mengalir keluar dalam tampilan diri setiap insan manusia. Kekuatan itu seperti napas, manusia mengakarkan diri dalam kenapasan dengan Sang Pencipta.  Saya juga tersentuh karena dalam perjumpaan itu, setiap sahabat tampil dengan ketulusan menghadirkan imannya untuk menghidupkan persahabatan dan persaudaraan yang terbina sehari-hari.

Fatwa MUI terkait dengan larangan pengucapan selamat Natal dirilis pada tahun 1984. Pada saat itu Ketua MUI adalah Buya Hamka. Sebelum tahun 1984, tidak ada larangan pengucapan selamat Natal. Sebagai orang beragama, penjelasan dari lembaga keagamaan seperti MUI diterima dalam penghormatan karena memberikan tuntunan kepada umat Islam. Mengapa Fatwanya baru muncul tahun 1984 sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya pendalaman iman yang perlu diketahui oleh umat tentang ajaran Islam itu sendiri? Tekanan kepada Fatwa adalah larangan untuk menghadiri ibadah Natal.

Pada perayaan Natal tahun 2012 saya diundang ke Gereja Kristen Jawa (GKJ) di Kulon Progo. Saya sangat terharu ketika Sekretaris Bupati, seorang Muslim menghadiri acara perayaan Natal yang dilakukan di gereja.  Sebagai seorang Muslim, imannya sendiri yang berakar pada Al-Qur’an menjadi dasarnya untuk merefleksikan pemahaman Islam tentang Yesus Kristus.  Penguraian Al-Qur’an dilakukan dengan sangat mendalam, sehingga saya merasa pada saat itu sebenarnya, Natal sedang dirayakan baik oleh umat Kristiani maupun umat Muslim yang selain pejabat pemerintah dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat. 

Perayaan yang indah, menyentuh hati nurani yang mendalam bagi setiap insan manusia. Karena baik umat Kristiani dan Muslim sebenarnya merefleksikan tentang kesucian dari kelahiran bayi Yesus Kristus yang menginspirasikan komunitas mereka untuk hidup juga dalam kesucian dan ketulusan seperti seorang bayi kudus. Kedalaman iman tidak menjadi hambatan untuk saling mengerti satu sama lain, bahkan sebagai jalan untuk saling meneguhkan, malahan membawa pendamaian kepada mereka. Keluarga, tetangga, desa dan seluruh kabupaten bisa hidup rukun.   

Perbedaan Islam dan Kristen dan Yahudi dijelaskan dalam Al-Qur’an (lihat Adeney-Risakotta, 2009). Islam mempercayai bahwa keajaiban Allah dinyatakan pada pewahyuan FirmanNya dalam Al-Quran. Melalui nabi Muhammad SAW, umat Muslim percaya, keselamatan Allah kepada manusia bisa digenapi. Nabi Muhammad SAW dipercayai oleh Islam sebagai nabi terakhir.  Sementara dalam kekristenan, Alkitab yang diturunkan tidak menyebut tentang nabi Muhamaad SAW, karena memang pewahyuan Alkitab terjadi lebih dulu dari Al-Qur’an. Penafsiran umat Muslim terhadap Alkitba menunjukkan tentang penubuatan nabi Muhammad SAW. Pembacaan yang sama juga dilakukan oleh umat Kristiani terhadap Kitab Suci Yahudi, yang ditafsirkan telah menubuatkan tentang Yesus Kristus.  Tetapi umat Kristiani mempercayai bahwa keajaiban Allah bukan pada Alkitab tetapi kepada Yesus Kristus, yang kesuciannya melebihi manusia pertama, Adam, melaluinya keselamatan Allah digenapi. Kesucian Kristus menyebabkan mujizat-mujizat terjadi dan mujizat terbesar dari Allah kepada dunia ini adalah memberikan Yesus Kristus, dilahirkan, melayani manusia, mati dan bangkit untuk membawa keselamatan kepada umat manusia.

Ketika umat Kristiani merayakan Natal, umat Kristiani merayakan kedatangan perdamaian Allah ke dalam dunia melalui kelahiran Yesus Kristus.  Imanuel, berarti Allah beserta kita, Allah yang menjadi manusia dan tinggal dalam cara manusia supaya mengenalkan kepada manusia jalanNya kembali kepada Allah. Alkitab menggambarkan kelahiran Yesus Kristus di dalam kandang binatang, ketika Maria dan tunangannya, Yusuf dalam perjalanan untuk mengikuti sensus penduduk di Mesir.

Penggambaran Yesus yang jauh dari kemegahan juga ditulis dalam Kitab Maryam dalam Al-Qur’an.  Yesus dilahirkan dari seorang perempuan yang dipilih oleh Allah, perempuan kudus yang namanya menjadi salah satu kitab dalam Al-Qur’an. Kedua Kitab Suci menggambarkan kelahiran Yesus Kristus yang jauh dalam cara normal umat manusia dilahirkan untuk menunjukkan kemahakuasaan dan keajaiban Allah yang berkuasa untuk memberikan hidup kepadaNya untuk membawa perdamaian di dalam dunia.

Pelarangan Fatwa MUI didasarkan pada pewahyuan Al-Qur’an yang mengakui Yesus Kristus sebagai nabi bukan sebagai Tuhan. Pelarangan Fatwa MUI dilakukan untuk memelihara iman umat muslim sehingga tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sekalipun, Al-Quran menurunkan wahyu yang sangat mirip dengan Alkitab tentang bayi Isa Al-Masih yang dilahirkan dari seorang perawan bernama Maryam dan adalah suci sehingga dalam kehidupannya di bumi banyak melakukan mujizat-mujizat. Untuk mengerti lebih lanjut tentang Firman Allah dalam Alkitab dan Al-Qur’an, terkait dengan Yesus Kristus, saya ingin menghubungkan dengan artikel saya yang berjudul “Natal: Perbandingan pemberitaan dalam Alkitab dan Alquran untuk analisis konspirasi Advent di Amerika Serikat?”
 
Jadi sekarang apabila sahabat-sahabat Muslim menyampaikan selamat Natal kepada sesama manusianya, saudara-i atau sahabat-sahabatnya, saya pikir keputusan itu sudah dilakukan dengan pengertian yang sangat mendalam, berakar pada Islam sendiri. Melalui Islam, Allah mewahyukan cinta kasihNya kepada umat manusia untuk saling mengasihi, menghormati dan menguatkan dalam jalan Allah.

Sehingga, pengucapan selamat Natal kepada umat Kristiani, menurut saya, umat Muslim tidak akan mengurangi sedikitpun imannya kepada Allah seperti yang diajarkan dalam Islam. Mengucapkan selamat Natal kepada sesama warganegara di Indonesia, mereka yang beragama Kristiani, menurut saya sama seperti Indonesia menerima keragamanan keagamaan, termasuk kekristenan menjadi bagian dari mosaik keindahan penciptaan Allah seperti yang difirmankan dalam Al-Quran. Adalah suatu kebahagiaan sesama umat beragama hidup dalam kerukunan untuk mempraktek ajaran suci yang diturunkan Allah supaya manusia mengikutinya.
Seperti semua orang Kristiani, merayakan Natal mengingatkan kami tentang kesucian dan kemanusiaan Yesus Kristus yang bersedia hidup dalam penderitaan manusia supaya semakin banyak hikmat,  pertolongan dan anugerah Allah datang menyelamatkanNya.  Sukacita dalam perayaan Natal seringkali kemudian disamakan dengan acara pesta pora yang menghentikan manusia pada titik kesenangan tanpa tanggungjawab kepada sesama yang berkekurangan. Perayaan Natal adalah menghadirkan kembali mujizat Allah yang bekerja menyembuhkan manusia, baik dalam keluarga, masyarakat maupun dalam negara untuk membangun keadilan dan perdamaian sehingga semua orang mendapat kesempatan mengalami sukacita sejati yang berada pada imannya kepada Allah. Selamat merayakan Natal 2013 dan Tahun Baru 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar