Translate

Sabtu, 16 Maret 2013

Belajar dari Papua, Hidup Toleransi Beragama




Petisi Warganegara NKRI untuk Papua dalam  Sunday News (17 Maret 2013):
"Belajar dari Papua, Hidup Toleransi Beragama"

Oleh
Farsijana Adeney-Risakotta

Petisi Warganegara NKRI untuk Papua menyampaikan selamat hari Minggu kepada sahabat2 semua. Harapan untuk bisa beribadah bagi sahabat2 nasrani, dan mereka yang menikmati kebersamaan bersama handai taulan di hari Minggu sungguh-sungguh sedang dirasakan siang ini.

Petisi Warganegara NKRI untuk Papua dalam minggu ini mengangkat berita2 terkait dengan peran pemimpin agama dalam mendorong pemerintah RI memfasilitasi perdamaian di Papua.  Agama berperan penting dalam menyuarakan suara kenabiannya untuk menegakkan keadilan, kesejahteraan dan perdamaian kepada semua insan manusia.  Krisis Papua menjadi sangat konkrit di Indonesia, karena merepresentasi situasi di mana untuk waktu yang sangat lama terjadi pembiaran dengan adanya kebijakan pembangunan yang pro pengembangan ekonomi hanya untuk keuntungan negara, luarnegeri dan pendatang sedangkan orang asli Papua tidak mendapat kesejahteraan yang selayaknya diterima.

Petisi Warganegara NKRI untuk Papua dalam Morning News tanggal 14 Maret 2013 memposting pengumuman dari Menteri Dalam Negeri, Gumawan Fauzi tentang Index Pembangunan Manusia Indonesia dengan menggunakan data BPS 2012. Sekalipun Papua yang termasuk dari tiga propinsi dengan APBD tertinggi ditambah dana Otsus, tetapi IPMnya hanya berkisar 63,35 persen.  

IPM adalah cara pengukuran perbandingan harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup.  Dengan mengukur IPM, bisa dideteksi pengaruh kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Indeks Pembangunan Manusia Papua 2013 menunjukkan persoalan disparitas dan kesenjangan kemakmuran yang masih belum bisa diatasi ditengah-tengah pemberlakuan selama 11 tahun Otsos Papua yang intinya adalah keberpihakan kepada orang asli Papua.   

Dengan pengumuman IPM Papua, maka tepatlah peran pemimpin agama sangat penting untuk mendesak pemerintah RI menanggani krisis Papua secara serius. Basudara Papua sangat menghormati pemimpin agama, baik pemimpin agama Kristen maupun Islam. Keseharian hidup toleransi agama di Papua juga menunjukkan praktek dari kebijakan lokal untuk hidup berdamai dengan sesama di tanah Papua.

Berita menyejukkan inilah yang ingin disharingkan oleh Petisi Warganegara NKRI untuk Papua kepada sahabat2 sesama warganegara NKRI diseluruh tanah air. Harapan kita semua, agama-agama di Indonesia, yang darinya terlahir warganegara NKRI yang santun, tulus dalam memperjuangkan keadilan, kesejahteraan dan perdamaian kepada semua insan manusia, bisa membawa berkah untuk perjuangan mendorong basudara Papua mendapat harkat martabatnya di bumi Indonesia, terutama di tanah pusaka di mana mereka berada di Papua.

Inspirasi dari Sunday News ini muncul sesudah Petisi Warganegara NKRI untuk Papua membaca dua artikel menarik yang terkait dengan toleransi beragama yang sedang terjadi di Papua.  Artikel pertama berjudul “Menjaga Kerukunan Umat Beragama Ala Papua Barat” yang dipublikasikan di koran online, Republika.

Artikel kedua yang ditulis oleh Ninoy N. Karundeng, dipublikasikan di Kompasiana online, berjudul “Gereja Immanuel Dibangun 100% oleh Umat Islam: Oase Kerukunan Islam – Kristen Indonesia.

 
Selamat menyimak dan salam solidaritas Papua.

Salam amalulukee.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar