Perjalanan mentari Ramadhan
(bagian kedua)
Oleh: Farsijana Adeney-Risakotta
Masih kuat
Perasaan kaget saya
Seorang pengendara
Mengadu berjalan berlomba mentari
Sambil mengoncengkan
Mesin berjeruji
Penuh resiko
Berani melewati keramaian
Hanya percaya
Melakukannya demi mereka sang kekasih
Perjalanan mentari
Masih saya lihat
Ketika seseorang pengendara
Tergesa-gesa melewati mereka yang berhenti
Di tengah jalan
Menunggu menyeberang
Kelincahan penyelip selincah mentari
Menyusup berpacu di antara pepohonan
Serupa gerakan perpindahan
Sementara
Mereka yang ternyalip
Menggeleng-gelengkan kepalanya
Seorang ibu mengelus dada
Semoga ketergesaan memberi damai
Perjalanan mentari
Masihkan mereka
Menikmati engkau
Seperti yang sedang saya lakukan
Berbicara dengan Dirimu
Juga ketika kehangatmu
Menyentuh kulit saya lembut
Masihkah mereka mengingat Dirimu
Ketika doa-doa formal
Hanya keindahan
Dari penghayatan hati yang membuka
Perjalanan mentari
Saya merekam jejakmu
Setengah membakar
Di pagi cerah
Saya menghitung intensitasmu
Di antara mereka yang merisaukan kesetiaan
Sebaiknya saya menatap mendalam
Mentari pagi
Mentari siang
Mentari malam
Berjalan terus memorosi semesta
Perjalanan mentari melewati
Hotel mewah
Terlalu pagi membangunkan yang terlelap
Hanya duduk bangga
Seorang penjaja berseberangan hotel megah
Bendera dipajangkan
Souvenir kemerdekaan
Sejak pagi menunggu
Sang pembeli
Berpeluh sang penjual bangga
Sudah dirinya menyentuh mentari
Sang peziarah abadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar