Translate

Jumat, 24 Agustus 2012

Manusia terminal



Manusia terminal
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta

 
Bukan karena salah naik bus

Kemudian saya mengerti
Ada maksud lain
Terdampar di Kampung Rambutan
Supaya memahami  kebajikan Sang Pencipta di sana

 
Menunggu bus pergi
Saya duduk di depan
Mengamati lelaki yang berkata-kata:
“Pondok Gede, Pondok Gede, asrama haji, asrama haji”
Sambil menunjuk ke bus di depannya
Orang-orang lalu lalang tak mempedulinya

 
Sekali-sekali lelaki tambun itu

Cepat-cepat ke pojok di mana kardus memajangkan  dagangannya
Seseorang membeli rokok
Memberi uang kepada lelaki itu
Di samping kardus sandalnya ditata rapi

 
Lelaki tanpa pengalas kaki
Panas terik menebalkan telapak kakinya
Celananya robek
Juga kemeja kumal dengan sobekan di bagian bawah ketiaknya
Masih terus teriak memanggil penumpang

 

Saya melihat seseorang mencari-cari  meletakkan uang Rp 1000 an
Sesudah mengambil sebatang rokok
Saya meneriakkan lelaki itu
Supaya ia kembali ke kardusnya
Ia pergi mengambil uangnya

 
Pak supir bus menimpali katanya: “Sudah biasa orang membeli dan menaruh uang di atas jualannya”

Ada yang mengambil jualannya sekarang  tetapi membayar nanti sore
Kami semua jujur,  kalau mengambil barang jualan membayar kemudian
Saya terkesima melongok
Pak supir menjawab: “Orang susah mah gak nyusahin sesamanya yang hidup juga prihatin”
Kami semua jujur di sini

 
Manusia terminal

Kejujuran langka meneguhkan krisis diri di bumi nusantara
Jakarta di ruang-ruang berAC
Kejujuran langka karena banyak godaan korupsi
Mengambil uang dari bukan hasil usahanya sendiri

 
Manusia terminal

Tempat transit berjuta orang
Juga bagi mereka yang tercelik dari kebajikan  orang kecil
Mereka yang bangga dengan kejujuran bersama
Mereka saling menguatkan  meneruskan  kelurusan hidup  Sang Pencipta
Dalam kesehariannya

 
Manusia terminal

Rasa bangga berbuat jujur
Dari jerih payah sendiri
Biarlah makin banyak
mata hati manusia belajar kepolosan hidup
Mereka yang berbangga dalam kesederhanaan

 
Manusia terminal

Bus bergerak meninggalkannya
Saya masih terkesima
Menyimpan kuat keindahan penglihatan
cara kemaslahatan hidupnya

 
Manusia terminal

Ngngngng...deru bus makin menjauh
Ngngngng....masih mengiang

...jujur.... jujur..jujur....

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar