Menggambarkan lorong hati manusia
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta
Saya bukan Tuhan. Saya juga bukan seorang hakim. Saya
memberikan judul tulisan ini untuk mengerti diri sendiri sebagai manusia.
Tulisan bukan untuk menghukum. Walaupun saya tahu ada banyak kemajuan dicapai
manusia karena berinteraksi dengan tulisan-tulisan yang mendalam. Ketika saya
menulis, saya sedang memasuki lorong misteri dalam diri sendiri. Mungkin judul
tulisan ini sangat luas sekali. Saya biarkan saja judul ini seluas lautan
selatan. Kadang-kadang saya sendiri tenggelam dalam hati. Saya bisa sangat
sedih. Tetapi seringkali saya juga bisa tenggelam dalam imajinasi berpikir yang
mendalam. Saya tersesat dengan prasangka yang saya bangun dari pemikiran
sendiri. Jadi saya tegaskan, saya menulis untuk memeriksa bagian hati manusia.
Hati adalah istilah yang penting dalam bahasa
Indonesia. Hati dipilih sebagai kata untuk menjelaskan perasaan manusia. Kita
menyebut hati untuk menunjukkan titik pusat dari garis sejajar menurun sesudah
mulut. Hati sebagai pusat menghubungkan antara otak-mulut-dan kemaluan
manusia. Hati bukan lever sebagai istilah kedokteran untuk menyebut “hati” yang
berhubungan dengan penyakit hepatitis. Ketika saya sadar tentang penyebutan
hati untuk menjelaskan heart, maka
dalam bahasa Indonesia, hati dimaksudkan untuk menjelaskan jantung. Bahasa Indonesia yang dipilih untuk
menjelaskan jantung, sebenarnya menurut saya berhubungan dengan pengertian yang
muncul dari pengalaman manusia mengungkapkan “perasaannya”. Mungkin orang Indonesia menyebut hati untuk
menjelaskan apa yang dirasakan atau perasaan hatinya. Getaran penuh ketika
gembira, sedih dan tenang sangat terasa di bagian tengah, di belahan antara
penampang dada manusia. Di sinilah penggambaran tentang hati dimaksudkan.
Sekalipun kemudian benar yang dimaksudkan dalam bahasa
adalah menjelaskan perasaan hati, tetapi menurut saya, ungkapan tersebut lebih
menunjukkan penjelasan yang menunjukkan keterlibatan secara komprehensif dari
fungsi otak, perasaan (emosi), pemikiran yang mengandung fungsi kritis dan
gerakan sebagai ekspresi kesatuan otot ketubuhan manusia. Inilah yang saya maksudkan dengan “lorong
hati”. Menjelaskannya, saya perlu mengerti proses otak merumuskan perintah yang
membangun pengertian sehingga seseorang bisa merespon dengan tenang, gugup,
marah atau tampil secara kritis memposisikan dirinya memberikan reaksi terhadap
sesuatu yang dihadapinya. Menjelaskan lorong hati adalah suatu
pertanggungjawaban intelektual yang mengandung penjelasan logis, gambaran yang
jelas, runtun dan sistematis.
Manusialah adalah ciptaan Sang Pencipta yang sangat
unik. Teori evolusi menjelaskan tentang proses alamiah yang terjadi beratus
ribu tahun lalu sampai terbentuk manusia yang hidup abad milinium ini. Menurut Richard Dawkins, penulis terkenal The Selfish Gene, tubuh, jiwa, roh
manusia bisa habis, yang tertinggal hanya gen, akan hidup selamanya. Dawkins
menghadirkan pengalaman lorong hati yang menakutkan bagi agama-agama karena
menghilangkan asumsi tentang Sang Pencipta yang membentuk manusia menyerupai
rupaNya sendiri.
Agama-agama mempercayai tentang Sang Pencipta yang
berperan dalam membentuk manusia sebagai ciptaanNya. Penjelasan agama-agama
juga bisa tampil sangat kuno terutama
apabila klaim dari ajarannya ditarik untuk menjelaskan penciptaan semesta dan
dunia manusia. Usia agama bisa muda tetapi klaim ajaran diikat dengan proses
awal penciptaan sebagai cara menghadirkan keterhubungan masa sekarang dengan
masa lalu.
Pertanyaan tentang asal usul manusia secara filosofis,
setidaknya yang bisa didokumentasikan sehingga dapat dipelajari sampai
sekarang, dibahas sejak periode filsuf
klasik Yunani. Manusia yang bertanya tentang asal usul dirinya dan bagaimana ia
berinteraksi dengan alam semesta. Ketika penjelasannya mulai menyentuh manusia
dengan sesamanya, studi-studi antropologi dan sosiologi lingkungan tampil
menjawab pertanyaan tentang fungsi sosial manusia dan ketergantungannya satu
dengan lainnya. Untuk maksud itu, suatu
perpustakaan, dengan ribuan buku telah berusaha menjelaskan secara tuntas pertanyaan
asal usul manusia dan institusi yang dibangunnya.
Saya ingin meninggalkan diskusi tsb. Sekarang yang
ingin saya teliti adalah manusia hidup pada jaman modern ini. Saya bisa
bayangkan manusia sesudah abad komputer berkembang lebih pesat dari sebelumnya.
Orang tua yang membesarkan anaknya pada jaman ini mempunyai kesempatan untuk
mengeksplorasi kesanggupan anak untuk melakukan lompatan-lompatan yang sangat
dasyat dalam hidupnya. Orang tua dan anak, keduanya perlu belajar bersama untuk
memasuki masa pembebasan informasi yang sangat mendalam hanya terjadi saat ini.
Pada masa inilah juga seseorang dengan sangat mudah bisa berhubungan dengan
orang lain yang sealiran pemikiran untuk menguatkan pemahaman bahkan meneguhkan
arah perjuangannya. Ide-ide tersedia dengan bebas untuk mempengaruhi manusia.
Perolehannya bukan hanya melalui komunikasi lisan, tetapi dalam bacaan-bacaan
bersifat elektronik maupun tampil dalam bentuk cetakan buku.
Lalu bagaimana penggambaran lorong hati manusia bisa
dijelaskan di dunia modern? Apakah lorong hati bisa setua dunia ini? Kematangan seseorang dalam mengolah informasi
menjadi suatu pengetahuan sangat beragam.
Lorong hati seseorang bisa dikemas dengan suasana yang gembira, sedih,
melankolis, tenang, semangat, agresif
sampai pada terburu-buru. Penelitian psikologis menjawab perbedaan tipe
perilaku seseorang yang sangat berhubungan dengan sejarah diri dalam interaksi
dengan sejarah lain yang membesarkannya. Manusia bisa menjelaskan tentang siapa
dirinya dan bagaimana ia dibentuk.
Akumulasi penjelasan tentang manusia, yang diturunkan
dari abad ke abad seolah-olah mengupdate posisi manusia, juga lorong hatinya.
Sehingga mungkin ada penjelasan yang belum pernah bisa dirumuskan dalam bahasa,
karena belum terlihat dan dimengerti, kemudian akan tiba seseorang bisa menguraikannya.
Lorong hati manusia sebuah misteri yang terus diuraikan ke dalam pengalaman
bahasa manusia sehingga bisa diterima sebagai suatu fakta yang pernah hidup.
Tetapi saya ingin memulai bercerita tentang anjing
saya. Ia dipanggil Ronde. Tapi nama
sebenarnyanya adalah La Ronde. Ketika ia tiba di rumah kami kira-kira lima
tahun lalu, ia dipanggil Bunder karena diambil dari daerah di sekitar Bunder,
hutan UGM di Gunung Kidul. Bunder dulu tinggal dengan seorang pemilik, seorang
mahasiswa yang sangat menyayanginya. Rumah kostnya sempit jadi Bunder selalu
diikat. Ketika Bunder di bawa ke rumah kami, bulu-bulu di bagian sekitar
pantatnya gundul.
Pemiliknya akan pindah ke tempat kost baru yang lebih
dekat dengan kampus tetapi makin terbatas untuk memelihara anjing. Ada larangan
penghuni kost membawa piaraan. Jadi kemudian melalui tetangga kami, pemilik ini
datang dengan Bunder untuk meminta kami membelinya. Ketika tiba di rumah kami,
Bunder langsung lari mengelilingi halaman rumah kami. Perilakunya menunjukkan
namanya sendiri, Bunder, ia lari mengelilingi rumah kami. Terbesit dalam diri
saya, sebaiknya ia diberikan nama yang cocok dengan karakternya seperti nama
baptisan. Saya kemudian memberikan namanya La Ronde untuk menunjukan dua maksud
sekaligus, karaktek dan nama baptisnya. La Ronde adakah kata dari bahasa Perancis yang berarti bulat, mengelilingi. Ronde dipakai di Jawa untuk menamakan sejenis minuman seperti sekoteng cuma kue berisi selei kacang berwarna putih dibuat bulat-bulat kecil. Di Maluku, untuk menyebut maksud "jalan-jalan" dipakai istilah ronda-ronda, dari kata round, mengelilingi.
Ronde seperti seorang bayi. Ia bertumbuh besar dan
gendut. Ia selalu jogging dengan suami saya. Tetapi hanya setiap saya kembali ke
rumah, Ronde seperti seorang bayi. Ia akan bertarung dengan PRT saya untuk
membuka pintu. Ia penjaga kami. Ia bisa mencium jauh sebelum saya tiba di rumah
dan sudah mencakar melompat memberitahu bahwa saya akan tiba. Kalau saya sudah
memarkir kendaraan, saya harus datang kepadanya membelai. Saya bisa merasakan
“lorong hati”nya. Kecuali Ronde tidak bisa berkata-kata tetapi saya tahu ia
membutuhkan kasih sayang dari saya. Saya membelai dan memberikan tangan untuk
menyalaminya. Kemudian ia akan mengisinkan saya masuk ke dalam rumah. Ronde mengerti
ketika saya berbahasa Indonesia dan Inggeris kepadanya.
Ronde mengajarkan kepada anak-anak saya, mereka yang
datang menari, anak-anak kemenakan saya, tentang cinta kasih, kejujuran,
kepolosan hati, dan peneguhan diri. Ronde sangat senang kalau saya
memberikannya semangat dan berkata jujur bahwa saya capek hari ini sehingga
tidak bisa membelainya lama. Hati Ronde
polos. Anak-anak belajar berkomunikasi dengan tenang dan ramah satu sama lain
karena mereka melihat bahwa hanya dengan cara ini mereka bisa mengelus,
membelai Ronde. Apabila mereka takut, Ronde bisa gelisah bahkan marah kepada
mereka. Jadi mereka belajar tenang supaya bisa bermain dengan Ronde.
Mengerti “lorong hati” manusia bisa dilakukan dengan
kejujuran dan kebersahajaan. Penderitaan dan kegembiraan dalam hidup manusia
adalah cerminan dari duka dan suka kita sendiri. Mendekati manusia untuk
mengenal “lorong hati” adalah mendekati diri sendiri untuk menemukan diri kita
sendiri. Kadang kala seseorang sangat takut untuk berhadapan dengan dirinya
sendiri. Kalau bisa berlari, maunya segera pergi sehingga tidak berjumpa dengan
dirinya sendiri. Hanya mereka yang
berani melihat dirinya sendiri yang bisa menjawab pertanyaan tentang apa itu
“lorong hati”.
Abraham Maslow, seorang psikolog yang lahir di awal
abad ke-20 berhasil memasuki “lorong hati” manusia untuk memotret manusia dari
segi kebutuhan yang harus dipenuhi supaya dirinya merasa tenang. Ketika
pembidangan dari kepribadian manusia masih dikacau dengan pertanyaan yang
terlalu utuh, siapakah saya, Maslow sudah memikirkan tentang berbagai tahapan
dari kebutuhan manusia yang sangat berpengaruh membentuk seseorang menjadi
dirinya. Gambaran kebutuhan manusia bisa mendekati apa yang saya maksudkan
dengan lorong hati manusia.
Lorong hati manusia ditentukan pertama-tama dari apa
yang manusia terima untuk mencukupi fungsi fisiologinya seperti makanan,
minuman, perumahan termasuk kebutuhan seks. Kebutuhan ini ternyata belum cukup
menjaminkan ketenangan kepadanya. Pada tahap kedua, manusia perlu berbagi dalam
jejaring sosial sehingga ada rasa keamanan secara finansial. Apabila seseorang
tidak berkontribusi dalam tanggungjawab sosial untuk mendukung seseorang lain, namanya
tidak dicatat dan kesempatan untuk ditolong sudah tertutup. Tahap ketiga
berkaitan dengan kebutuhan untuk dikasihi dan merasa memiliki mereka yang
disayanginya. Tahap keempat berkaitan
dengan pemenuhan harga diri seseorang. Setiap orang terdorong untuk diakui
sebagai yang paling terbaik. Kebutuhan pengakuan ini mendorong seseorang
mencapai prestasi yang paling tinggi. Tahap terakhir ada kemampuan untuk
mengaktualisasikan diri seutuhnya dengan cara memberikan makna mendalam untuk
setiap upaya yang dilakukannya.
Berhadapan dengan lorong hati sendiri, sikap kejujuran
dan kebersahajaan sangat penting sehingga upaya untuk memenuhi kebutuhan bisa
dilakukan dari apa yang ada pada diri sendiri. Kejujuran erat hubungan dengan
integritas yang menguatkan seseorang berdiri teguh tak dipengaruhi oleh
lingkungan yang menggodanya. Ketika diperhadapkan pada situasi yang sulit,
dengan kejujuran dan integritas seseorang kuat tak tergoyahkan. Kebutuhan
manusia bisa membentang seperti lautan yang luas tak terjangkau. Kehadiran
iklan-iklan dan berbagai kemudahan pembelanjaan dapat membesarkan kebutuhan
manusia. Tetapi dalam kejujuran dan kebersahajaan, manusia bisa menempatkan
dirinya mengisi kebutuhan hidupnya.
Penggambaran “lorong hati” ini bisa terjadi karena
saya sedang menulis dengan hati. Saya
selalu mendekati kehidupan dengan hati. Penggambaran “lorong hati” yang
kompleks ketika dilakukan dengan hati akan lebih kaya. Kerumitan hati seseorang
dalam membuat keputusan bisa tergambar secara mendalam. Saya mendapat banyak
manfaat dari cara Maslow menggambarkan tentang kebutuhan manusia yang terkait
dengan hati. Tetapi penggambaran ini sangat kering terutama ketika saya harus
menulis tentang manusia. Piramida kebutuhan harus bisa dijelaskan sehingga
menimbulkan getaran yang terlihat langsung dengan hati. Menjelaskan tentang
kebutuhan-kebutuhan manusia apabila dilakukan hanya sekedar seperti
mengkalkulasi uang, terasa mengeringkan dan mereduksi kedalaman dan
kekompleksitas manusia.
Michael Foucault seorang kritikus posmo, warganegara
Perancis, melakukan banyak riset terkait untuk menjawab bagaimana motivasi
seseorang maupun institusi membentuk kebiasaan dalam masyarakat. Melakukan
riset ini, Foucault memilih untuk masuk mendalam dengan mengalami sendiri
kejadian-kejadian yang menggetarkan pengalamannya. Suatu pengalaman yang ketika
terjadi akan mengubah pandangan terhadap kebenaran yang pernah terjadi bahkan
dicatat. Proses permenungan untuk mengerti dengan cara menguraikan pengalaman seperti
yang dimaksudkan Foucault bisa dipertanggungjawabkan secara logis. Misalkan,
dari pengalamannya sebagai seorang homoseksual, kemudian Foucault bisa
membangun argumentasi yang terkait tentang politik identitas. Adanya kekuasaan
yang makin besar semakin kuat bisa memaksa pembentukan identitas seseorang. Perlawanan
bisa dilakukan ketika pengalaman yang sebelumnya berada terbentuk sebagai suatu
“sejarah” akhirnya tampil menggugat kenyataan dari kebenaran yang terbangun
dalam relasi kuasa yang sudah terjadi.
Menulis dengan hati, terutama menulis tentang lorong
hati merupakan bagian dari perjalanan spiritual saya untuk mengerti kehidupan
yang mengerikan dipilih oleh seseorang atau sekelompok orang. Penggambarannya
bisa menakutkan kepada mereka yang akan membaca seolah-olah diri mereka sedang
ditantang dengan pengungkapan kenyataan yang ditekan ditutupi. Tetapi saya
menulis bukan untuk menyenangkan pembaca. Saya menulis untuk mengerti lorong
hati manusia, termasuk ketika penelusurannya menemukan bagian yang dianggap “gelap”
dalam konstruksi masyarakat. Mereka yang terbiasa mengatakan apa yang normal
dan yang tidak layak. Menulis dengan
hati tidak bertujuan untuk menunjukkan ketidaklayakan terhadap pembedaan yang
normal dan yang tidak. Tugas saya adalah mengungkapkannya. Saya harus
melakukannya, karena hanya dengan cara itu, lorong hati saya juga terbuka
terhadap kenyataan pengalaman yang mengerikan yang tidak banyak sesama tertarik
melakukannya. Seram, terlalu seram!
Jadi apa kesimpulannya. Ini permulaan saya menguraikan
kegelisahan diri, untuk harus memulai memasuki lebih mendalam upaya penggalian
lorong hati manusia. Mungkin cara ini akan lebih menenangkan saya dari pada
sekedar menuduh karena tampilan fenomena kehidupan dan praktek hidup yang
berbeda sedang saya perangi. Menulis dengan hati akan menolong mengungkapkan
lorong hati manusia yang ditakuti, karena konstruksi tentang dunia yang ada,
dunia yang dipercayai hanya ada dalam penjelasan yang lazim. Saya bisa menyebut apa saja penjelasan lazim
yang memastikan apa yang tepat untuk hidup manusia. Tetapi saya tidak mau
melakukannya saat ini karena caranya bertentangan dengan maksud mengungkapan
lorong hati manusia. Selama cara
pengungkapannya dilakukan dalam bahasa yang bisa menjelaskan lorong hati, saya
akan tenang. Ini sudah cukup untuk menyakinkan saya tentang menghadirkan suatu
tindakan dalam pengalaman bahasa yang mendalam sehingga lorong hati mengangnga
membuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar