Translate

Minggu, 09 September 2012

Bumi Menari di Bentara Budaya Yogyakarta


Bumi Menari di Bentara Budaya Yogyakarta
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta


Bentara Budaya Yogyakarta sedang memamerkan koleksinya yang diberikan judul "Tanda Mata IX". Pameran ini berlangsung dari tanggal 7 - 15 September 2012 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jl. Suroto No.2 Kotabaru Yogyakarta.

http://jogja.tribunnews.com/2012/09/06/pameran-tanda-mata-ix-di-bentara-budaya

Seperti yang diungkapkan dalam kata pengantar yang ditulis oleh Hermanu dari Bentara Budaya Yogyakarta, ada 58 karya yang dipamerkan. Adapun karya-karya tersebut terdiri dari 35 lukisan, 5 patung, 12 grafis, 4 kriya seni dan sebuah karya batik.

Cover depan dan belakang dari buku Tanta Mata IX yang diterbitkan oleh Bentara Budaya Yogyakarta (Yogyakarta: September 2012) 


Di antara karya-karya seni ini, karya Martini, Fabiola dan Farsijana Adeney-Risakotta berjudul “Bumi Menari 3: Keterhubungan Lempengan” juga termasuk yang dipamerkan.
 
 "Bumi Menari 3: Keterhubungan Lempengan",   dalam Tanda Mata IX, Koleksi Bentara Budaya, hal. 18 (Yogyakarta: September 2012)
                              

Dalam pameran Tanda Mata IX, Bentara Budaya menggantungkan "Bumi Menari 3: Keterhubungan Lempengan".  Pada pameran Seni Limbah dan Ekspresi Perempuan Anti Kekerasan yang diselenggarakan tanggal 4-7 Februari 2012, Bumi Menari 3: Keterhubungan Lempengan dipajangkan pada dinding seperti didokumentasikan pada katalog Tanda Mata IX.

 
Karya seni Bumi Menari 3: Keterhubungan Lempengan adalah salah satu dari seri Bumi Menari yang pernah dipamerkan pada Pameran Seni Limbah dan Ekspresi Perempuan anti Kekerasan yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta pada tanggal 4-7 Februari 2011.

Ulasan pameran Seni Limbah dan Ekspresi Perempuan Anti Kekerasan bisa diakses pada beberapa media online, misalnya:

http://www.tempo.co/read/news/2011/02/04/114311081/pameran-seni-limbah-dan-ekspresi-perempuan-anti-kekerasan  

http://jogjanews.com/pameran-seni-limbahekspresi-perempuan-anti-kekerasan-seni-solusi-kekerasan-terhadap-perempuan 


 Di bawah ini saya mengutip penjelasan tentang Bumi Menari yang dikutip dari Buku Seni Limbah & Ekspresi Perempuan anti Kekerasan, disunting oleh Farsijana Adeney-Risakotta, hal 115-118 (Yogyakarta: Selendang Ungu Press, Februari 2011).                 
                                                   Bumi Menari
(Karya Farsijana Adeney-Risakotta, Fabiola Soukotta-R dan Martini, bahan bambu, 2011)

Tentang Karya:

Bumi Menari.  Bumi Menari adalah salah satu dari dua belas karya seni seniwati-seniwati di Yogyakarta yang dipamerkan pada  Pameran Seni Limbah & Ekspresi  Perempuan Anti Kekerasan, di Bentara Budaya Yogya pada tanggal 4-7 Februari 2011.

http://www.bentarabudaya.com/agenda.php?id=700

Dalam pameran tsb, Bumi Menari  tampil sebagai karya seni dengan tiga wujud yang berbeda. Pertama,  Bumi Menari  1 : Menggantung Merangkul . Bumi Menari 1: Menggantung Merangkul menampilkan tarikan dua sisian di antara bumi dalam gerakan kelengkungan yang menandakan kedinamisan bumi.

Bumi Menari 1: Menggantung Merangkul

 



Kedua, Bumi Menari 2: Menegak Langit Tanah. Bumi Menari 2 yang menancapkan kedinamisan gerakan menegak sebagai tanda keterhubungan antara langit dan tanah.



Bumi Menari 2: Menegak Langit Tanah


 



Ketiga, Bumi Menari 3: Keterhubungan Lempengan sebagai bagian dari lempengan dinding bumi yang menampilkan gerakan-gerakan kelengkungan mengiramakan kesatuan pembidangan dengan lempengan-lempengan bumi lainnya. Bumi Menari 3: Keterhubungan Lempengan inilah yang dikoleksi oleh Bentara Budaya Yogyakarta dan sekarang sedang dipamerkan. 



Bumi Menari 3: Keterhubungan Lempengan pada Pameran Seni Limbah dan Ekspresi Perempuan Anti Kekerasan, Bentara Budaya Yogyakarta, 4-7 Februari 2011
 

Mengapa karya seni ini disebut Bumi Menari? Bumi adalah langit yang kepadanya kita menengadah. Bumi adalah tanah yang kepadanya kita ingin membaringkan diri. Bumi adalah tempat manusia hidup.  Manusia menempati bumi sejak bumi ada. Siklus pagi dan malam, hujan dan kemarau, air pasang dan air surut, dingin dan panas memberikan tanda kepada manusia tentang cara bumi bekerja. Manusia belajar dari cara bumi membawa dirinya.

Bumi Menari adalah suatu kenyataan yang akan mendorong manusia untuk menengadah ke langit. Seperti manusia ketika melangkah.  Tetapi  kalau hanya memandang ke tanah, manusia akan jatuh dan lumpuh. Dari langit datanglah harapan dan kegembiraan.

Bumi Menari menarikan kesatuan semesta alam kepada manusia supaya manusia bisa menirukan gerakannya. Gerakan pembebasan bumi adalah gerakan membagikan enerji untuk keseimbangan bagi semua. Bumi Menari menyatukan jemari-jemari manusia untuk memuji Sang Pencipta. Semua jemari di mana-mana bisa dirangkulkan karena sifat kelenturan bumi.

Bumi Menari melenturkan sifat-sifat keras dalam alam sebelum kekerasan menyentuh manusia. Manusia belajar dari bumi, membalas kekerasan dengan kekerasan akan menghancurkan dirinya sendiri. Cuma manusia perlu sensitif mengenal dan menyifati kelenturan bumi supaya menjadi kuat dalam kelembutan yang dimilikinya. Bumi Menari menyifati dirinya dalam sifat-sifat feminis sekaligus maskulin. Bumi Menari menyifati kehidupan kita bersama, perempuan dan lelaki untuk saling menghormati, menjaga, merawat, mengasihi dan membebaskan.

Bumi Menari menawarkan kekuatan penyembuhan ketika manusia melembutkan hatinya untuk memasuki gelora kekuatannya. Setidaknya inilah karya seni Bumi Menari  1, 2, dan 3 yang lahir dari pengalaman kami menghidupi menyeluruh  dengan bumi seperti ketika gempa tektonik melanda Yogyakarta, 26 Mei 2006.  Gempa bumi Yogya, erupsi Merapi 2010 mengajarkan kebajikan kepada manusia tentang membalas kekerasan dengan ketenangan. Manusia harus tampil tenang karena kekuatannya tiada artinya menghadapi kedasyatan alam semesta.

Tentang Perupa:

Ketika Fabiola dan saya bertemu Martini untuk mendiskusikan maksud konsep dari karya seni Bumi Menari, kami makin sadar tentang kekuatan manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan kelenturan materi yang disediakan bumi. Kesadaran inilah yang mendorong pengakuan karya seni Bumi Menari sebagai hasil dari pengkonsepan, menurun dalam sketsa dan membentuknya dalam karya fisik.  Karena itulah, kami meminta kesediaan Martini untuk namanya juga diikutkan sebagai pencipta dari karya seni Bumi Menari. 

Martini, perempuan seusia saya, di menjelang 47 tahun, sudah beberapa tahun mengupayakan industri rumah tangga rotan. Dulu suaminya mempunyai usaha meubel. Tetapi krisis ekonomi tahun 1997 telah mengubah kehidupan mereka. Usahanya bangkut. Ia sempat berhenti berusaha beberapa tahun sebelum akhirnya memulai lagi usahanya, usaha karya seni dengan bahan bambu.

Bambu dapat melenturkan dirinya. Tangan Martini yang kecil bisa melenturkan dan membentuk karya seni untuk dinikmati banyak orang. Bambu ternyata mendorong kemandirian perempuan.

Fabiola menterjemahkan ide-ide saya dalam bentuk gambar sketsa yang menggambarkan tiga elemen dari Bumi Menari seperti sudah saya jelaskan sebelumnya.  Kami membawa sketsa itu kepada Martini untuk dibahas bersama. Penyesuaian antara konsep kelenturan kekerasan bersinergis dengan bahan bambu menyebabkan proses pengerjaan menguatkan karya seni Bumi Menari.   Fabiola adalah seorang pengrajin limbah sagu yang  sudah dua kali berpameran di Bentara Budaya Yogyakarta.  Pameran pertama berlangsung dari tanggal 9-11 Oktober 2008 dengan tema Berkreasi dengan limbah sagu.  Pameran kedua berlangsung dari tanggal 4-7 Februari 2011 dalam rangkaian Pameran Seni Limbah & Ekspresi Perempuan anti Kekerasan. Karyanya berjudul  “Perubahan Perilaku” dari bahan limbah sagu dan diselesaikan tahun 2011. Fabiola terus berkarya. Ide-ide dan kerja-kerjanya bisa diakses pada blognya “Omah Sagu GaBa GaBa” http://omahsagugaba2.blogspot.com

Farsijana, adalah saya, seorang antropolog, teolog dan aktivis perempuan akar rumput, tinggal di Yogyakarta. Dalam pameran Seni Limbah & Ekspresi Perempuan anti Kekerasan, saya juga memamerkan karya lainnya yang berjudul  Namaku “Anak Dara”, bahan dari kawat, limbah perlengkapan perempuan dan kliping koran. Karya ini diselesaikan bulan Desember 2010. Farsijana adalah juga seorang blogger. Blognya yang paling dibaca banyak orang adalah “Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua”   http://farsijanaindonesiauntuksemua.blogspot.com

 
Berdiri dari kiri ke kanan: Martini, Farsijana dan Fabiola di bengkel kerja Martini, Bantul 2011 
 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar