Ngalor Ngilor Nongkrong di Facebook: Dari Advokasi, Amal dan
Perubahan Bangsa melalui Pemilu 2014.
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta
Sampai sekarang saya masih sulit duduk lama. Tulisan yang
panjang belum banyak saya selesaikan. Potongan-potongan tulisan lebih membantu
penyembuhan saya. Sambil berjalan atau tidur saya menyelesaikan
potongan-potongan tulisan tersebut.
Kesembuhan sesudah kecelakaan mengubah cara kerja dan berdampak terhadap
pengolahan aspirasi sahabat-sahabat di Indonesia. Saya seumpama seorang yang
sedang menyelam dan bekerja di bawah laut. Di dalam lautan atau di atas awan,
tidak penting bagi saya untuk bertanya di mana kabel-kabel jaringan komunikasi
digital dibentangkan. Manfaat yang
luarbiasa sedang terjadi adalah membangun kerja-kerja antara negara, daerah,
etnis, agama dan usia sedang mengubah cara berkomunikasi manusia saat ini.
Istilah yang digunakan untuk menyebut komunitas dunia maya membuka
jalan untuk mengerti bentuk komunitas yang sangat berbeda dengan komunitas
dalam real time. Komunitas dunia maya berinteraksi dengan bahasa tulisan,
gambaran seperti foto atau lukisan dan suara dalam bentuk video. Komunitas dunia maya melebihi istilah
perkampungan. Dalam real time, suatu
kampung dipahami sebagai teritori yang proses memasukinya harus melalui
berbagai tahap yang berlapis-lapis. Pada komunitas dunia maya, kampungnya
sangat transparan. Interaksi bisa terjadi tanpa harus melewati proses
pertemanan. Karena dalam satu jaringan ada berbagai sub jaringan lain yang akan
terlibat dalam interaksi lebih luas atau tidak sama sekali.
Sejak tahun 2007 sesudah diundang oleh teman saya, Shawn
Landers, baru sekarang dalam situasi saya mengalami proses penyembuhan dari
kecelakaan, pemahaman yang sudah ada tentang komunitas dunia maya lebih
dioptimalkan. Facebook adalah hasil dari
kolaborasi sahabat-sahabat Fulbright yang sampai sekarang masih saling
menguatkan satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
saling memahami, kerja untuk keadilan dan perdamaian di dunia. Selain, Shawn
Landers yang berada di California, Maureen di Scotland, Harun di Pakistan,
Saheed di Afrika, telah memberikan inspirasi kepada saya untuk bekerja
menguatkan komunitas akar rumput yang ada di Indonesia.
Kerja bersama anak, pemuda dan perempuan di Yogyakarta, dengan meluaskan dukungan kepada
sahabat-sahabat di luar Yogya, seperti di Maluku, Papua, Sumatera, Kalimatan
dan Sulawesi telah melahirkan keterhubungan kerja melalui Facebook. Keterhubungan dibentuk karena ada kerja nyata
dalam komunitas di real time. Baru-baru ini, bersama dengan sahabat-sahabat
dari Sumatera Utara, Papua, Jakarta, NTT, Yogyakarta, secara bersama-sama
saling bahu membahu membangun dukungan untuk membantu pengungsi erupsi
Sinabung. Dukungan komunitas sosial maya diorganiser melalui Page Lelang Amal
untuk Pengungsi Sinabung yang pengelolanya adalah saya dan ibu Deva Alvina Br.
Sebayang. Tetapi gerakan bantuan sosial dari komunitas sosial maya bisa
mendapat dukungan dari berbagai pihak karena terbentuk sukarelawan-sukarelawan
yang disebut HUB. HUB adalah orang-orang yang menjadi kunci dalam penyebaran
berita tentang proses pengumpulan dana publik dari komunitas Dunia maya. Dengan
kerja keras dari HUB, seperti mba Vensca Virginia Ginsel yang membawa jaringan
Twitternya pada hari pertama Lelang Amal untuk Pengungsi Sinabung, telah
menghasilkan dana sebesar Rp 11.000.000,-
Penambahan dana lain dilakukan melalui jaringan pertemanan dari berbagai
sahabat yang berada di dalam Indonesia maupun di seluruh dunia.
Pada hari Jumat, tanggal 14 Februari 2014, dana bantuan tersebut
yang langsung di kirim kepada bu Deva Alvina Br.Sebayang sudah diserahkan
kepada para pengungsi yang berada di Batukarang dan . Jeruk di tanah Karo. Pengumuman tentang donoratur dan proses
penyerahan bantuan bisa dilihat langsung pada page Lelang Amal untuk Pengungsi
Sinabung (http://www.facebook.com/pages/Lelang-Amal-Untuk-Pengungsi-Sinabung/241456166034803).
Sementara proses menolong pengungsi Sinabung dilakukan,
letusan Kelud telah menyadarkan kita bersama tentang pentingnya warga
masyarakat terlibat memperjuangan kepentingannya sendiri. Pengungsi Sinabung
perlu mengerti tentang peta daerah bahaya dari kontur fisik gunung Sinabung. Ketidakpengatahuannya berdampak terhadap
kewaspadaan masyarakat terhadap gunung berapi yang dapat menyebabkan mereka
cenderung takut. Padahal sebagai orang gunung, masyarakat hidup sehari-hari di
gunung, diri mereka adalah bagian dari gunung. Gunung telah memberikan banyak berkat
kepada masyarakat. Pengawalan dalam menguatkan pemahaman terhadap hak-haknya
dilakukan dalam nongkrong-nongkrong di Facebook. Saya sangat bersyukur bisa
bersama-sama dengan sahabat-sahabat di Indonesia melewati masa-masa kritis yang
sedang dialami di tanah air.
Kelud sebagai suatu fenomena vulkanologi ternyata
mengantarkan perluasan percakapan untuk memahami tindakan tafsir simbolik yang
menjelaskan tentang penamaan Kelud. Kelud dalam bahasa Jawa berarti bebersih.
Penamaannya dilakukan karena secara kenyataan ketika Kelud meletus, abunya juga
menutupi seluruh pulau Jawa. Masyarakat bersusah payah membersihkan daerahnya
masing-masing.
Kelud meletus sebelum Pemilu 2014 diartikan oleh masyarakat
dalam dunia nongkrong-nongkrong FB sebagai peringatan kepada Indonesia.
Tanggungjawab presiden SBY dalam membangun bangsa dan negara sedang diusi
melalui letusan Kelud. Alasan-alasan
dimunculkan untuk menunjukkan bahwa kelud merupakan peringatan kepada bangsa
Indonesia. Sejak Reformasi sampai saat
ini persoalan keterpurukan Indonesia belum selesai. Indonesia masih mengalami
berbagai masalah yang kebanyakan orang melihat sebagai bagian dari kepemimpinan
Presiden SBY yang lemah.
Wacana pemimpin alternatif mulai mengulir untuk dibahas.
Sekarang tinggal 51 hari sebelum Pemilu 2014, pada bulan April 2014. Dalam
pembahasan tsb, semakin jelas tentang sikap penolakan generasi muda untuk
menolak mengikuti Pemilu. Golong putih (Golput) tampil menguat disebabkan
karena harapan kepada kepemimpinan Indonesia yang baru tanpa sejarah kekerasan,
pelanggaran HAM dan Orde Baru terkesan menipis. Partai Demokrasi Perjuangan
Indonesia, yang saat ini mempunyai kandidat populer didukung oleh rakya
Indonesia, Yokowi ternyata masih belum jelas tentang keterlibatannya dalam
bursa Capres.
Apatisme terhadap generasi muda inilah mendorong saya untuk
mempersiapkan deretan pendidikan pemilih yang komunikatif kepada
sahabat-sahabat yang terjaring dalam komunitas sosial media Facebook.
Tulisan ini sekalipun ditulis dalam kurun waktu yang lama karena
harus diketik sambil berdiri atau berjalan, saya upayanya untuk diperluas
melalui blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Kiranya dari
tulisan ini akan ada kekuatan saya untuk menulis lebih banyak sambil menahan
kegelisan dari kesakitan tubuh demi kehidupan demokrasi di Indonesia. Indonesia seperti bunga yang sangat indah
tetapi sekaligus rentan untuk dilindungi bersama. Kampanye kesadaran tentang
kerentanan Indonesia saya lakukan dengan melukis sambil menulis
potongan-potongan tesis statement yang bisa mendorong pemikiran dan diskusi
komunitas FB tentang tanggungjawab bersama membangun Indonesia. Perubahan
Indonesia ada di tanganmu sahabat saya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar