Translate

Rabu, 17 Oktober 2012

Pertemuan dan Perubahan


Pertemuan dan Perubahan
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta

Pertemuan berasal dari kata temu. Sebagai kata, “temu” bersifat aktif. Inisiatif untuk bertemu memungkinkan pertemuan. Dalam kata temu mengandung juga aspek menyingkapan. Ketika seseorang sering bertemu dengan orang lain dalam keluarga atau tempat kerja, sering kali sisi penyingkapan hilang dari keseharian pertemuan. Pertemuan menjadi kegiatan yang rutin membiasa tanpa inspirasi. Sesudah abad informatika mengubah hidup manusia, pertemuan mulai teratasi dengan jaringan sosial maya.  Mereka yang hilang ditemukan kembali melalui pertemanan di Facebook atau media jejaring lainnya. Tetapi pertemuan jejaring ini belum memastikan adanya pengalaman “menemukan” seperti yang terjadi muka dengan muka. Jejaring sosial maya memang menyediakan ruang untuk saling bersua, tetapi tingkat kedalamannya terbatas. Tampilan diri yang muncul dalam foto mungkin belum mewakili diri yang sebenarnya.

Manusia menyimpan ingat masa lalunya seperti foto yang bersifat statis. Sekalipun foto-foto terbaru terpampang merekam perubahan diri seseorang, tetapi ingatan diri yang tersimpan dengan mendalam ternyata ada dalam kontak memori lama. Saya ingat bulan Mei lalu bertemu dengan seorang teman lama di Bali. Dalam perjalanan bertemu dengannya sesudah belasan tahun tidak pernah bersua, saya masih menyimpan kenangan teman ini sebagai seorang yang “kurus”, tinggi dan lembut. Kesan kepribadiannya yang fleksibel masih sangat kuat dalam diri saya. Kemudian betapa kagetnya saya, secara fisik teman ini sudah berubah. Tingginya masih sama, seperti juga kepribadiannya yang fleksibel, tetapi tubuhnya sendiri tampil kokoh dan gede. Perubahan sedang terjadi dengan teman saya ini sementara saya hanya bisa mengoreksinya sesudah mengalami lagi pertemuan dengannya.

Dalam pertemuan, aspek-aspek yang mendorong pada perubahan perlu disadari karena membantu kita untuk berinteraksi dengan ringan tanpa ekspetasi yang berlebihan. Kadang kala perubahan bisa terjadi secara ekstrim, baik tampilan fisik, ketubuhan maupun kepribadiannya. Mungkin saya seperti itu. Kesadaran tentang diri dikokohkan ketika dengan terbuka mendengar ingatan orang lain yang tersimpan dalam rekaman mereka tentang “siapa saya”.  Mereka tidak saja merekam ingatan tentang profil potret diri seperti dalam tampilan foto, tetapi juga mengingat karakter, kebiasaan, kedirian orang lain.  Mendengar testimoni teman tentang siapakah saya pada masa lalu bisa membuat diri sendiri terbelalak. Saya hampir lupa dengan siapakah saya pada masa lalu, karena saya berubah terus. Masa lalu sangat indah, memberikan fondasi bagi pertumbuhan kejiwaan, emosi, intelektual, kehidupan sosial dsbnya. Masa lalu sudah berubah dalam peleburan diri kita dengan tempat, kondisi, persoalan dan cara menghadapinya yang percepatan perubahannya tak tertahankan.

Tinggal bersama dalam keluarga atau hidup dalam relasi pekerjaan yang stabil dan lama, mungkin membuat kesadaran tentang perubahan diri terjadi dengan halus. Kadang-kadang tidak disadari karena keseharian pertemuan menghilangkan kesan dari esensi perubahan.  Mereka tidak saling menyadari tentang perubahan yang sedang terjadi. Setiap orang seolah-olah memegang potret diri dari sesamanya seperti pertama kali mereka saling mengenal. Ketika perubahan tampil menjadi menguat, baru goncangan dari kekagetan makin terasa di antara mereka. Dalam konteks ini mereka tidak saling merelakan terjadinya perubahan pada masing-masing diri.

Orang-orang di sekitar diri hidup dengan pengetahuan tentang sesamanya dari masa lalu. Konflik-konflik mungkin dengan sangat mudah terjadi dalam relasi kedekatan di antara saudara maupun teman dekat dibandingkan dengan kondisi pertemanan yang disimpan dari masa lalu.  Penjarakan yang terjadi secara alamiah malahan menghadirkan keluwesan untuk saling menerima perubahan yang sedang terjadi di antara masing-masing diri. Orang bertemu untuk merayakan perubahan tanpa ada penyesalan. Perubahan bagian dari kehidupan yang mendasar diterima sebagai nasib dari kehidupan yang terjadi dengan diri masing-masing. Masalah lalu, rekaman foto dan cerita diri dalam karakter kemudian tampil sangat bersahaja menyentuh sisian perubahan yang sedang terus terjadi dengan seorang manusia.

Inilah yang saya syukuri dari suatu pertemuan, kedinamisannya untuk bergerak berinteraksi meneguhkan perjalanan diri untuk bersentuhan dengan sesama. Pertemuan menyingkapkan kedirian yang terekam dalam ingatan diri sendiri maupun orang lain, untuk membentuk alur perjalanan ke depan.  Kedinamisan perubahan ternyata berelasi bukan hanya dengan diri sendiri, tetapi dengan siapa diri sendiri hidup. Intensitas perubahan perlu dihadirkan dengan respek mendalam pada komitmen yang sudah dibangunkan dengan mereka yang hidup bersama. Perubahan bergerak mengisi janji-janji yang pernah dibuat, didengungkan pada saat pernikahan, dalam sumpah persahabatan maupun visi bersama membangun kehidupan yang berkeadilan dengan sesama warga di mana kita berdiam.  Janji-janji yang abstrak menyewantahkan dirinya dalam pengalaman tindakan yang mendalam. Kata-kata tentang visi dan misi besar tampil mewadahi dalam penjelasan tentang apa yang sedang mengubah hidup bersama. Pertemuan ternyata memungkinkan penceritaan diri mengkayakan.

Siapapun tidak bisa menghindari pertemuan. Pertemuan seperti takdir yang datang mengundang diri sendiri untuk bergabung dengannya. Pertemuan mendewasakan diri sendiri untuk membelalakan kesadaran tentang perubahan yang sedang terjadi dalam diri sendiri maupun yang menjadi dengan orang lain. Tidak ada yang kekal di muka bumi, demikian kata-kata yang saya rekam dari kitab suci. Kekekalan ada dalam perubahan dan pertemuan itu sendiri. Agama menyebutnya adalah Sang Pencipta. Allah! 

Melepaskan diri sendiri dibimbing dalam perubahan ketika pertemuan terjadi adalah kebijakan yang langka. Lepaskan. Lepaskan. Seperti air yang mengalir mencari jalannya menyalurkan kekuatan diri, demikianlah diri yang berpindah dalam setiap detik pertemuan yang sedang terjadi sepanjang hidup ini. Sayapun sudah melepaskan supaya dari pertemuan akan ada penyingkapan baru. Suatu singkapan yang indah mengharukan dan meneguhkan. Saya ternyata terus berjalan.

Dalam pertemuan dan perubahan ada kematangan. Ekspresi kematangan tampil menua sekaligus memuda. Hanya dengan kesegaran dalam mengalami perubahan, suatu pertemuan dapat dihadapi sebagai takdir yang membebaskan, meringankan sekalipun tertangkap dalam “ruang” dan “waktu” yang menua. Kematangan adalah kesederhanaan dalam menanggapi diri yang sedang menjadi, mengubah. Kematangan makin kuat mempesona ketika perubahan dari pertemuan mulai bisa dijelaskan secara sederhana sehingga diri sendiri mengerti setiap langkah yang sudah membekas dan menjelaskan alasan keberadaannnya. Kematangan memesonakan dalam bahasa yang mengalir menguat seperti aliran sungai sedang mencari jalannya ke samudara raya.

Pertemuan dan perubahan harusnya membawa untuk menyingkapkan kehidupan. Kata kehidupan adalah kata yang mendalam, kaya, meluas, berat, kompleks tanpa menguraikan isinya. Ketika kematangan tiba, penguraian kehidupan bisa dihayati seperti mengunyah makanan dengan nikmat tanpa tergesa-gesa meneguk minuman. Biarkanlah takdir pertemuan dihadapi tanpa penolakan. Mungkin di sana pernah ada cinta, mungkin di sana pernah ada putus asa, mungkin di sana pernah ada duka, mungkin di sana pernah ada benci, mungkin di sana pernah ada persaingan. Seperti air, pertemuan harus terjadi sebagai persinggungan menyentuh meneteskan kesegaran lagi. Pengikisan dari pengalaman yang menggetarkan, yang ditolak, yang dipelihara pelan-pelan juga mulai terjadi sampai tanpa disadari diri sendiri sudah sungguh-sungguh segar, berubah. Ada yang tertinggal dalam kekekalan pertemuan dan perubahan adalah ungkapan kelegaan, keringanan, pembebasan.

Saya sedang menulis, saya juga sedang menjadi. Tubuh bisa rentan, semangat bisa menurun, syukur penggapaian kehidupan masih terus terjadi. Menguraikan kehidupan menjadi bagian yang bisa dituturkan dalam pengalaman setiap individu mungkinlah yang paling penting daripada mengingat terus rekaman yang sudah pernah terjadi dalam diri sendiri. Biarlah saya mengalami cinta, biarlah saya mengalami duka, biarlah saya mengalami sukacita, biarlah saya mengalami dendam.

Momentum sudah terekam, pernah ada dalam diri tetapi begitulah cepatnya iapun mengalir ke samudera raya berbaur dengan aliran-aliran kehidupan lainnya membentuk kematangan kekuatan air yang bergulung-gulung selalu mencari menyentuh kembali jejari peziarah di pepantaian. Mengingatkan pertemuan dan perubahan kemudian merekamnya dalam perasaan supaya bisa menuangkan dengan keindahan dan kegetaran bahasa mungkin adalah ekspresi kematangan diri saya. Saya mensyukurinya sekarang sesudah kata-kata terasa cukup untuk mengekspresikan diri sendiri.

Tutuplah segera tulisan ini dengan kata-kata yang sudah menunggu di pintu ingatan, dari masa lalu hingga saat ini sebelum akhirnya ia menjadi untaian puisi.
 

Diri sendiri

Bisakah terwakili dalam kata

Kalimat bukanlah diri sendiri

Sekalipun keindahan kekuatan kemagisan menyingkapkan diri

Diri adalah kematangan dari pencampuran aliran mengakarkan

Menyentuh jiwa

Membakar emosi

Menggairahkan pemikiran

Menyemangati tubuh

Membangunkan kesadaran

Diri sendiri

Adalah takdir yang membebaskan

Dari kata dan juga tindakan

Biarlah ia terus menjadi

Mengubah mengkayakan

Kehidupan

Menziarahkan menaburkan cinta

Menumbuhkan harapan

Kehidupan baru

Bagian dari siklus takdir

Yang membahagiakan

Pohon berbentuk leher gajah di areal Alas Wigode Parangtritis
 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar