Pertemuan dan Perubahan
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta
Pertemuan berasal dari kata temu. Sebagai kata, “temu”
bersifat aktif. Inisiatif untuk bertemu memungkinkan pertemuan. Dalam kata temu
mengandung juga aspek menyingkapan. Ketika seseorang sering bertemu dengan
orang lain dalam keluarga atau tempat kerja, sering kali sisi penyingkapan
hilang dari keseharian pertemuan. Pertemuan menjadi kegiatan yang rutin
membiasa tanpa inspirasi. Sesudah abad informatika mengubah hidup manusia,
pertemuan mulai teratasi dengan jaringan sosial maya. Mereka yang hilang ditemukan kembali melalui
pertemanan di Facebook atau media jejaring lainnya. Tetapi pertemuan jejaring
ini belum memastikan adanya pengalaman “menemukan” seperti yang terjadi muka
dengan muka. Jejaring sosial maya memang menyediakan ruang untuk saling bersua,
tetapi tingkat kedalamannya terbatas. Tampilan diri yang muncul dalam foto
mungkin belum mewakili diri yang sebenarnya.
Manusia menyimpan ingat masa lalunya seperti foto yang
bersifat statis. Sekalipun foto-foto terbaru terpampang merekam perubahan diri
seseorang, tetapi ingatan diri yang tersimpan dengan mendalam ternyata ada
dalam kontak memori lama. Saya ingat bulan Mei lalu bertemu dengan seorang
teman lama di Bali. Dalam perjalanan bertemu dengannya sesudah belasan tahun
tidak pernah bersua, saya masih menyimpan kenangan teman ini sebagai seorang
yang “kurus”, tinggi dan lembut. Kesan kepribadiannya yang fleksibel masih sangat
kuat dalam diri saya. Kemudian betapa kagetnya saya, secara fisik teman ini
sudah berubah. Tingginya masih sama, seperti juga kepribadiannya yang
fleksibel, tetapi tubuhnya sendiri tampil kokoh dan gede. Perubahan sedang
terjadi dengan teman saya ini sementara saya hanya bisa mengoreksinya sesudah
mengalami lagi pertemuan dengannya.
Dalam pertemuan, aspek-aspek yang mendorong pada
perubahan perlu disadari karena membantu kita untuk berinteraksi dengan ringan
tanpa ekspetasi yang berlebihan. Kadang kala perubahan bisa terjadi secara
ekstrim, baik tampilan fisik, ketubuhan maupun kepribadiannya. Mungkin saya
seperti itu. Kesadaran tentang diri dikokohkan ketika dengan terbuka mendengar
ingatan orang lain yang tersimpan dalam rekaman mereka tentang “siapa saya”. Mereka tidak saja merekam ingatan tentang profil
potret diri seperti dalam tampilan foto, tetapi juga mengingat karakter,
kebiasaan, kedirian orang lain.
Mendengar testimoni teman tentang siapakah saya pada masa lalu bisa
membuat diri sendiri terbelalak. Saya hampir lupa dengan siapakah saya pada
masa lalu, karena saya berubah terus. Masa lalu sangat indah, memberikan
fondasi bagi pertumbuhan kejiwaan, emosi, intelektual, kehidupan sosial dsbnya.
Masa lalu sudah berubah dalam peleburan diri kita dengan tempat, kondisi,
persoalan dan cara menghadapinya yang percepatan perubahannya tak tertahankan.
Tinggal bersama dalam keluarga atau hidup dalam relasi
pekerjaan yang stabil dan lama, mungkin membuat kesadaran tentang perubahan
diri terjadi dengan halus. Kadang-kadang tidak disadari karena keseharian
pertemuan menghilangkan kesan dari esensi perubahan. Mereka tidak saling menyadari tentang
perubahan yang sedang terjadi. Setiap orang seolah-olah memegang potret diri
dari sesamanya seperti pertama kali mereka saling mengenal. Ketika perubahan
tampil menjadi menguat, baru goncangan dari kekagetan makin terasa di antara
mereka. Dalam konteks ini mereka tidak saling merelakan terjadinya perubahan
pada masing-masing diri.
Orang-orang di sekitar diri hidup dengan pengetahuan
tentang sesamanya dari masa lalu. Konflik-konflik mungkin dengan sangat mudah
terjadi dalam relasi kedekatan di antara saudara maupun teman dekat
dibandingkan dengan kondisi pertemanan yang disimpan dari masa lalu. Penjarakan yang terjadi secara alamiah
malahan menghadirkan keluwesan untuk saling menerima perubahan yang sedang
terjadi di antara masing-masing diri. Orang bertemu untuk merayakan perubahan
tanpa ada penyesalan. Perubahan bagian dari kehidupan yang mendasar diterima
sebagai nasib dari kehidupan yang terjadi dengan diri masing-masing. Masalah
lalu, rekaman foto dan cerita diri dalam karakter kemudian tampil sangat
bersahaja menyentuh sisian perubahan yang sedang terus terjadi dengan seorang
manusia.
Inilah yang saya syukuri dari suatu pertemuan,
kedinamisannya untuk bergerak berinteraksi meneguhkan perjalanan diri untuk
bersentuhan dengan sesama. Pertemuan menyingkapkan kedirian yang terekam dalam
ingatan diri sendiri maupun orang lain, untuk membentuk alur perjalanan ke
depan. Kedinamisan perubahan ternyata
berelasi bukan hanya dengan diri sendiri, tetapi dengan siapa diri sendiri
hidup. Intensitas perubahan perlu dihadirkan dengan respek mendalam pada
komitmen yang sudah dibangunkan dengan mereka yang hidup bersama. Perubahan
bergerak mengisi janji-janji yang pernah dibuat, didengungkan pada saat
pernikahan, dalam sumpah persahabatan maupun visi bersama membangun kehidupan
yang berkeadilan dengan sesama warga di mana kita berdiam. Janji-janji yang abstrak menyewantahkan
dirinya dalam pengalaman tindakan yang mendalam. Kata-kata tentang visi dan
misi besar tampil mewadahi dalam penjelasan tentang apa yang sedang mengubah
hidup bersama. Pertemuan ternyata memungkinkan penceritaan diri mengkayakan.
Siapapun tidak bisa menghindari pertemuan. Pertemuan
seperti takdir yang datang mengundang diri sendiri untuk bergabung dengannya.
Pertemuan mendewasakan diri sendiri untuk membelalakan kesadaran tentang
perubahan yang sedang terjadi dalam diri sendiri maupun yang menjadi dengan
orang lain. Tidak ada yang kekal di muka bumi, demikian kata-kata yang saya
rekam dari kitab suci. Kekekalan ada dalam perubahan dan pertemuan itu sendiri. Agama menyebutnya adalah Sang Pencipta. Allah!
Melepaskan diri sendiri dibimbing dalam perubahan ketika pertemuan terjadi adalah kebijakan yang langka. Lepaskan. Lepaskan. Seperti air yang mengalir mencari jalannya menyalurkan kekuatan diri, demikianlah diri yang berpindah dalam setiap detik pertemuan yang sedang terjadi sepanjang hidup ini. Sayapun sudah melepaskan supaya dari pertemuan akan ada penyingkapan baru. Suatu singkapan yang indah mengharukan dan meneguhkan. Saya ternyata terus berjalan.
Melepaskan diri sendiri dibimbing dalam perubahan ketika pertemuan terjadi adalah kebijakan yang langka. Lepaskan. Lepaskan. Seperti air yang mengalir mencari jalannya menyalurkan kekuatan diri, demikianlah diri yang berpindah dalam setiap detik pertemuan yang sedang terjadi sepanjang hidup ini. Sayapun sudah melepaskan supaya dari pertemuan akan ada penyingkapan baru. Suatu singkapan yang indah mengharukan dan meneguhkan. Saya ternyata terus berjalan.
Dalam pertemuan dan perubahan ada kematangan. Ekspresi
kematangan tampil menua sekaligus memuda. Hanya dengan kesegaran dalam
mengalami perubahan, suatu pertemuan dapat dihadapi sebagai takdir yang
membebaskan, meringankan sekalipun tertangkap dalam “ruang” dan “waktu” yang
menua. Kematangan adalah kesederhanaan dalam menanggapi diri yang sedang
menjadi, mengubah. Kematangan makin kuat mempesona ketika perubahan dari
pertemuan mulai bisa dijelaskan secara sederhana sehingga diri sendiri mengerti
setiap langkah yang sudah membekas dan menjelaskan alasan keberadaannnya.
Kematangan memesonakan dalam bahasa yang mengalir menguat seperti aliran sungai
sedang mencari jalannya ke samudara raya.
Pertemuan dan perubahan harusnya membawa untuk
menyingkapkan kehidupan. Kata kehidupan adalah kata yang mendalam, kaya,
meluas, berat, kompleks tanpa menguraikan isinya. Ketika kematangan tiba,
penguraian kehidupan bisa dihayati seperti mengunyah makanan dengan nikmat
tanpa tergesa-gesa meneguk minuman. Biarkanlah takdir pertemuan dihadapi tanpa
penolakan. Mungkin di sana pernah ada cinta, mungkin di sana pernah ada putus asa,
mungkin di sana pernah ada duka, mungkin di sana pernah ada benci, mungkin di
sana pernah ada persaingan. Seperti air, pertemuan harus terjadi sebagai
persinggungan menyentuh meneteskan kesegaran lagi. Pengikisan dari pengalaman
yang menggetarkan, yang ditolak, yang dipelihara pelan-pelan juga mulai terjadi
sampai tanpa disadari diri sendiri sudah sungguh-sungguh segar, berubah. Ada
yang tertinggal dalam kekekalan pertemuan dan perubahan adalah ungkapan
kelegaan, keringanan, pembebasan.
Saya sedang menulis, saya juga sedang menjadi. Tubuh
bisa rentan, semangat bisa menurun, syukur penggapaian kehidupan masih terus
terjadi. Menguraikan kehidupan menjadi bagian yang bisa dituturkan dalam
pengalaman setiap individu mungkinlah yang paling penting daripada mengingat
terus rekaman yang sudah pernah terjadi dalam diri sendiri. Biarlah saya
mengalami cinta, biarlah saya mengalami duka, biarlah saya mengalami sukacita,
biarlah saya mengalami dendam.
Momentum sudah terekam, pernah ada dalam diri tetapi begitulah cepatnya iapun mengalir ke samudera raya berbaur dengan aliran-aliran kehidupan lainnya membentuk kematangan kekuatan air yang bergulung-gulung selalu mencari menyentuh kembali jejari peziarah di pepantaian. Mengingatkan pertemuan dan perubahan kemudian merekamnya dalam perasaan supaya bisa menuangkan dengan keindahan dan kegetaran bahasa mungkin adalah ekspresi kematangan diri saya. Saya mensyukurinya sekarang sesudah kata-kata terasa cukup untuk mengekspresikan diri sendiri.
Momentum sudah terekam, pernah ada dalam diri tetapi begitulah cepatnya iapun mengalir ke samudera raya berbaur dengan aliran-aliran kehidupan lainnya membentuk kematangan kekuatan air yang bergulung-gulung selalu mencari menyentuh kembali jejari peziarah di pepantaian. Mengingatkan pertemuan dan perubahan kemudian merekamnya dalam perasaan supaya bisa menuangkan dengan keindahan dan kegetaran bahasa mungkin adalah ekspresi kematangan diri saya. Saya mensyukurinya sekarang sesudah kata-kata terasa cukup untuk mengekspresikan diri sendiri.
Tutuplah segera tulisan ini dengan kata-kata yang sudah
menunggu di pintu ingatan, dari masa lalu hingga saat ini sebelum akhirnya ia
menjadi untaian puisi.
Diri sendiri
Bisakah terwakili
dalam kata
Kalimat bukanlah
diri sendiri
Sekalipun keindahan
kekuatan kemagisan menyingkapkan diri
Diri adalah
kematangan dari pencampuran aliran mengakarkan
Menyentuh jiwa
Membakar emosi
Menggairahkan pemikiran
Menyemangati tubuh
Membangunkan kesadaran
Diri sendiri
Adalah takdir
yang membebaskan
Dari kata dan
juga tindakan
Biarlah ia
terus menjadi
Mengubah mengkayakan
Kehidupan
Menziarahkan menaburkan
cinta
Menumbuhkan harapan
Kehidupan baru
Bagian dari
siklus takdir
Yang membahagiakan
Pohon berbentuk leher gajah di areal Alas Wigode Parangtritis |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar