Menarasikan tindakan di tahun 2011
Oleh: Farsijana Adeney-Risakotta*)
Tindakan adalah perbuatan untuk mengalami perasaan dan kesadaran dari apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, apa yang diinginkan dan apa pernah dialami. Tindakan bukanlah semata-mata suatu pengalaman. Sebagai perbuatan yang dilakukan dalam kesadaran, tindakan bisa terasa bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga di sekitar diri kita. Gambaran visualisasi tindakan bisa dijelaskan seperti lemparan batu yang tenggelam dalam genangan air sesudah meninggalkan efek getaran melingkar memutar yang melebar keluar dari pusaran ke pinggiran.
Tindakan meninggalkan efek sensasi dalam kesadaran diri yang bisa membekas menjadi ingatan untuk setiap saat dapat tampil kembali dalam perjumpaan sentuhan jaringan kenangan yang hampir mirip. Tindakan bisa merindukan tetapi juga dapat mendorong pada amnesia, upaya untuk melupakan karena perbuatan yang terjadi menimbulkan kesakitan mendalam pada diri sendiri.
Menarasikan tindakan bisa menjadi pilihan yang paling bijaksana untuk mendewasakan diri sendiri sehingga mampu menerima dalam ketabahan dampak perbuatan yang membekas baik sebagai sensasi kebahagiaan maupun kesakitan. Narasi dan tindakan seperti satu kepingan uang berwajah dua. Tindakan bisa memanipulasi kebenaran yang dipercayai dalam diri ketika diupayakan suatu penjelasan untuk menguraikan perbuatan yang terjadi. Tindakan sulit ditipu kecuali dalam cara penuturannya kembali untuk menjelaskan perbuatan yang dilakukan.
Saya ingin menyederhanakan dialog dalam diri tentang tarikan narasi dan tindakan. Setidaknya narasi yang sedang diupayakan ini bukan suatu kajian akademik yang rumit. Narasi yang sedang dibiarkan mengalir saat ini adalah upaya menuturkan kembali jejak-jejak perbuatan yang akan ditinggalkan dalam kenangan tahun 2011. Ketika narasi terbentuk, ingatan membangunkan kekuatan sejarah diri dari suatu peristiwa perbuatan yang patut dihargai diterima karena ia sudah pernah dilahirkan sebagai bagian dari diri sendiri. Ia bahkan bersejarah dalam ingatan bersama sebagai komunitas.
Cinta sudah sangat kuat menjadikan diri sendiri ingin hidup terus dalam kemudaan kebahagiaan jejak-jejak perbuatan yang menggembirakan diri dan sesama. Pesona cinta adalah bagian dari rahasia pengetahuan semesta. Inilah yang hendak saya ukirkan dalam tahun 2011. Cinta adalah kehidupan yang berbagi dengan sesama. Bukan karena saya seorang perempuan, sehingga rela memilih untuk mendahulukan cinta dalam hati. Getaran cinta telah dipancarkan oleh semesta raya, diberikan kepada diri saya untuk menyentuhnya dengan tampilan yang terus bergerak mengubah.
Cinta membiduk perahu kehidupan diri berlayar dalam badai, ketersesatan arah, sebelumnya tiba dilabuhan yang pernah ditargetkannya. Perhitungan perjalanan dipikirkan matang-matang, strategi diturunkan seperti anak tangga dibentangkan menitik jalan pencapaian. Tetapi cinta mengajarkan kelapangan tangan membuka untuk menyerahkan perjalanan dalam tangan Sang Pencipta dan semesta raya.
Ada banyak yang dilakukan karena cinta. Cinta pengetahuan untuk berbagi seperti membagikan napas hidup sesudah menerima ruang untuk bernapas mendalam. Ada banyak yang belum bisa dilakukan sekalipun cinta menguat untuk berbagi. Cinta menolong menepiskan rasa frustasi. Sesama manusia adalah mereka, bukan diri saya sendiri. Saya mensyukuri kesempatan untuk mengalami tindakan kehidupan yang terpancar dari setiap perjumpaan saya dengan mereka yang berada di berbagai tempat di mana saya datang menjumpainya.
Mereka ada di sekitar tempat tidur saya, di ruang makan, di dapur. Mereka ada di mulut jalan dan sepanjang lintasan jalan ketika saya jogging. Mereka memberikan inspirasi tentang kehidupan. Mereka ada di kereta api, di pesawat, di bus, di kapal, di mobil pribadi. Mereka ada di mana-mana. Mereka mungkin jarang bertanya tetapi ekspresi muka, tatapan matanya, gerakan tubuhnya, dan ketika suaranya terpecah, mereka berkata-kata, saya terngangah. Dari mata seolah-olah mereka sedang berada dalam pesta, atau mereka sedang memikul batu nisan. Mereka dijumpai di pelosok pedesaan di Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, Bantul dan Kota Yogya. Mereka menanti saya dengan ketulusan diri yang menyentuh mendalam membawa pulang kembali ke rumah diri.
Kehidupan dari cinta membuka misteri diri mengeliat menyusuri lorong gelap tak terumuskan dalam makna mengubah dirinya menjadi pengertian yang mengherani diri sendiri. Cinta memastikan kehidupan bukan sekedar panggung sandiwara. Kehidupan adalah pergolakan pergulatan pergeliatan pembebasan cinta mengubah dunia menjadi bahagia supaya bisa tertidur menyenyak.
Mungkin karena diri saya bergolak dengan kerja fisik, menolong seseorang bukan hanya dengan kata-kata himbauan, tetapi melakukan tindakan yang dapat diingat bersama sebagai proses kerja akal budi. Mungkin karena konsistensi gerakan tubuh sebagai tanda kepedulian dari tindakan cinta, sebelum terlalu malam saya sudah tertidur terlelap.
Kecapaian seharian menggunakan akal, otot dan budi untuk menghadirkan kehidupan, mengubahnya menjadi tindakan yang menggelora dari angan-angan yang dimimpikan. Saya sudah tertidur dengan getaran ingatan tentang keluasan perbuatan yang terjadi sebelum rumusan narasi terbentuk. Ada banyak bolong-bolong hari-hari tanpa narasi walaupun tindakan terus terukir dalam derap langkah dan pengalaman yang dibuat bersama dengan berbagai orang dan kelompok.
Kesakitan sesama, kematian, kemiskinan mereka,
kepapahannya memilukan diri sendiri yang membawa semuanya dalam rasa capek
mendalam sehingga tertidur memulas sambil mendengungkan narasi dalam rasa diri.
Sudah saya syukur tahun 2011 sehingga sekarang saya dipenghujungnya.
Sudah saya serahkan diri semua tindakan diri diselimuti dalam kebajikan tahun
2011. Sudah saya upayakan supaya gerakan kehidupan yang kuat dalam diri
ditularkan memancar mengena seperti lingkaran lemparan batu meninggal dalam
bekasnya di permukaan air.
Efek putarannya belum terlalu kuat terasa, sebaiknya diakui saja. Keprihatinan bangsa terhadap kemiskinan, kekayaan, korupsi, tingkat bunuh diri, kekerasan HAM di berbagai daerah, keprihatinan HIV/Aids masih meninggalkan kegelisahan diri secara intelektual maupun kemanusiaan. Memikirkan ulang cara terbaik untuk merespons semua penderitaan bersama sebagai bangsa, menjadikan pekerjaan rumah yang masih terus harus dilanjutkan di tahun 2012.
Sendiri saja mengubah dunia adalah kesia-siaan. Sudah saya akui kebenaran itu sehingga membangun gerakan meluas menyentuh mereka yang perlu. Ketika mahasiswi-mahasiswi membawa anak bayinya ke kelas, anaknya bermain dengan ibunya yang sudah selesai presentasi tugas, saya terhidup bahwa mereka tetap memberikan keseimbangan kepada dirinya dan anaknya. Semuanya terjadi dalam kelas saya. Ketika seorang bapak mengambil peran membuat minuman sementara isterinya sedang berbincang-bincang dengan saya dan teman lainnya, makin jelas tentang perjuangan kami kaum perempuan adalah bagian dari kehidupan bersama kaum lelaki.
Ketika anak-anak mementaskan karya tarian mereka membayangkan dunia para dewa dewi sedang menetes dalam dirinya sendiri. Keindahan sebagai impian putri keraton ternyata juga adalah tindakan dari perbuatan bersama yang menghadirkan impian anak-anak sederhana dari keluarga di desa yang sehari-hari berlumpuran di sawah. Tampil anggun, perkasa, mereka juga adalah putri-putri kehidupan yang menjadikan rekaman tindakan tahun 2011 mengngayakan.
Bersama mereka kita telah berjalan sejauh perbukitan di pantai selatan, di daerah ziarah untuk meletakan jejak penemuan dirinya sendiri. Kupandangi sekarang semuanya dengan syukur, kalau hal itu bisa terjadi sekalipun dalam kesederhanaan alam semesta. Mereka sudah mengerti cara menjejaki dirinya.
Duduk bersama dengan kolega dan mahasiswa-mahasiswi di akhir perkuliahan pada meja bundar di ruang makan keluarga. Pertanyaan tetap penting, tetapi yang paling penting adalah tindakan kepedulian kepada mereka tentang jalan yang pernah saya juga tempuh. Pertanyaan bukanlah suatu pembantaian! Pertanyaan untuk mendorong mereka menemukan pertanyaannya sendiri. Bisakah dilakukan sambil menikmati masakan saya?
Inilah yang saya syukuri! Pengetahuan tidak cukup hanya sebagai pengetahuan, ia bisa diubah menjadi makanan yang enak untuk dibagikan bersama. Pengetahuan adalah keinginan dialogis mendalami pertanyaan yang bisa dijawab melalui cara memproses yang unik seperti sharing sambil menikmati santapan bareng. Saya membagikannya dengan keluarga, mahasiswa/I, teman-teman gerakan, kolega. Saya bahagia.
Dalam tradisi Kristiani, Yesus mengubah air menjadi anggur pada pernikahan di Kana. Sesudah persiapan 9 bulan, di bulan November tanggal 10 tahun 2011, keajaiban terjadi. Saya dengan keluarga bisa memasak kepada tamu-tamu dalam pernikahan adik. Termasuk menyajikan menu bakso yang kemudian menjadi titik awal usaha mereka. Sekarang Bakso Obama sudah memasuki usia sebulan. Obama dalam bahasa Jawa punya singkatan seperti ini: ora obah ora mangan, tidak bekerja tidak makan. Pernikahan selalu menghadirkan keajaiban kepada diri sendiri dan semua orang yang datang mensyukurinya.
Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan ke-14 tahun saya dengan suami. Kami semua makin menua. Bumi lebih tua tetapi tetap memelihara kehidupan. Bumi adalah inspirasi dari kehidupan yang mengairahkan diri mencapai komitmen bersama di tahun-tahun mendatang. Biarlah saya diberikan melihat mentari dalam keajaibannya. Saya sudah diberikan kesempatan oleh semesta raya. Ketika terlalu banyak kelabu, awan di musim penghujan. Keajaiban semesta terjadi di sore tanggal 28-12-2012 ketika mentari sore membentuk payudara terbalik tampil di batas horizon di lautan selatan yang bisa ditatapi dari Pondok Jati Rasa. Keajaiban dan keabadiannya saya bagikan kepada jejaring saya di Facebook. Ibu bumi ilahi sedang menyusui semesta raya.
Tetapi haruskah narasi payudara ilahi diperbesar-besar dengan menafsir tentang apa maknanya? Mungkin alam semesta hendak berbicara kepada saya supaya meniru lakunya yang terus merawat bumi. Bencana kapan saja bisa terjadi dalam hidup manusia. Perempuan adalah sosok yang sudah siap untuk menjadi tiang penghiburan dan perawatan bagi keluarga dan masyarakat. Merawat anak-anak saya! Mereka yang tersebar di mana-mana, mereka anak-anak kehidupan! Mungkin itu yang bisa saya simpulkan menutup narasi tahun ini. Setiap tiang bisa berbeda bentuk, dalam keindahan dan kekuatannya. Jadi inikah sebabnya saya berbahagia? Saya bahagia! Terpujilah Allah semesta raya.
*) seorang aktivis akar rumput, antropolog dan teolog tinggal di Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar