Translate

Kamis, 30 Mei 2013

Merefleksikan Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua




Merefleksikan Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua*)
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta

Kisah kasih blog “Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua” dimulai dari diskusi online di Facebook. Pada tanggal 3 April 2011, saya menulis “Perkenalan diri” di blog Farsidarasjana. Pada waktu itu blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua belum “lahir”.  Beberapa minggu kemudian, tepatnya 24 April 2013, blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk mulai eksis.  Jadi di laman Perkenalan diri, saya menulis tentang alasan memulai menulis di blog karena aksesitas untuk posting tulisan langsung ke timeline saya di Facebook diblok. Saya sampai sekarang belum tahu siapa dan apa alasan kejadian itu menimpa saya.  

Hikmahnya patut disyukur karena sejak itu saya sudah menulis lebih dari 200 artikel, puisi, berita dan analisis untuk Petisi Warganegara NKRI untuk Papua.  Pembaca blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua sudah hampir 20.000 orang.  Interaksi antara saya dengan pembaca, kebanyakan terjadi pada Facebook dengan kurang lebih 3000 jejaring disamping perluasan yang terjadi melalui page “Petisi Warganegara NKRI untuk Papua” yang mencapai 700.000 pembaca ketika tulisan-tulisan dari  Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua disebarluaskan.  Sekalipun, hanya ada sekitar 11 pengikut dari blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua, tetapi interaksinya sebenarnya terjadi langsung pada saat online di Facebook.

Pada internet, tulisan-tulisan dari Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua bisa diakses dengan mudah, karena hampir semua tulisan telah terbuka, bisa ditemukan melalui googling. Perluasan aksesitas tulisan dari blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua terjadi karena kebutuhan pembaca dunia maya terhadap isu-isu yang penting terkait kebangsaan dan kenegaraan yang bisa diperoleh gratis dengan pembahasan mendalam.
Jadi sekarang tidak ada lagi yang menghapus atau menghentikan aksesitas saya untuk mempublikasi tulisan-tulisan. Blog adalah rumah saya yang kapan saja bisa dikunjungi untuk memperbaiki suatu tulisan yang akan dipublikasi maupun yang sudah diluncurkan.

Blog saya sangat sederhana dibandingkan dengan blog lainnya. Aplikasi yang dipergunakan adalah yang disediakan dalam fasilitas blogger. Saya mengunakan tulisan-tulisan dengan foto-foto dan aksesitas link ke berita lainnya yang bisa menguatkan tulisan saya.
Sesudah dua tahun blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua melayani pembaca di seluruh Indonesia, saya memutuskan untuk melakukan kopi darat dengan menyelenggarakan Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua yang diselenggarakan pada 21-29 Mei 2013 di Bentara Budaya Yogyakarta.

Buku ini adalah kumpulan tulisan-tulisan saya yang terseleksi ditampilkan dalam pameran sebagai poster artikel, puisi kanvas dan fotografi perdamaian. Ada beberapa artikel yang tidak ditampilkan dalam poster artikel, tetapi saya ikutkan dalam buku ini.  Pameran yang berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta, tidak bisa memuat semua artikel tsb. Sehingga pilihan artikel diutamakan yang sejalan dengan tema perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Indonesia adalah negara dan bangsa saya, juga adalah kepunyaan sesama warganegara lainnya, bagian dari kemilikan bersama, warga dunia. Indonesia terjaring dalam hidup global.  Konektisitas Indonesia sedang berpengaruh terhadap perubahan diri Indonesia. 

Menenun penggalan Indonesia memang tidak mudah. Tetapi melalui blog, saya melakukannya setiap waktu, tiada berhenti menenun Indonesia. Dimulai dari meneropong lorong hati manusia, saya tiba pada perjalanan menemukan Indonesia. Nama Indonesia adalah bagian dari peradaban bersama  yang mencerminkan pandangan bangsa-bangsa terhadap representasi Indonesia dalam geopolitik di dunia. 

Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua adalah upaya saya menggambarkan tantangan bersama sebagai warganegara mencapai kerukunan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang mendasar.  Indonesia menunggu cinta kasih yang diekspresikan oleh warganegaranya di mana-mana mereka berada. Untuk mencapainya memang ada harga perdamaian yang harus dibayar.  

Indonesia sebagai bangsa terus berubah. Perubahannya mungkin mengancam kerukunan hidup bersama, tetapi Pancasila bisa menjadi sarana metodologi untuk membangun perdamaian di Indonesia. Ujian Pancasila sudah dilewati dalam rentangan kehidupan berbangsa dan bertanah air di Indonesia. Penyesuaian tentang pandangan bernegara dan berbangsa perlu dilakukan dalam rangka pemahaman negara sebagai negara gerakan paska reformasi. 

Negara gerakan memungkinkan Indonesia dalam mengimplementasikan cita-cita kehidupan bersama bisa dilakukan secara susbtansial melalui partisipasi warga mengawal kebijakan-kebijakan bersama.  Negara gerakan bukan negara proyek, tetapi negara yang memfasilitasi aksesitas keterlibatan warganegara mencapai hak dan tanggungjawabnya menegakkan keadilan, kesejahteraan dan perdamaian.   

Dalam konteks pencapaian perdamaian ini, kehidupan kebersamaan di Indonesia bisa digoncangkan ketika karena alasan-alasan hukum, sesama warganegara saling melakukan kekerasan. Ternyata kekerasan yang melibatkan individu, kelompok dengan menggandeng persoalan-persoalan perbedaan pilihan ideologi, interpretasi keagamaan dan aksesitas pengelolaan sumber daya alam bisa memicu keretakan dan keterpecahan dalam masyarakat.

 
Kejujuran untuk menjangkau sesama dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengawalan kebijakan, kemudian merefleksikannya merupakan salah satu bentuk dialog aksi yang  menjadi  sumber inspirasi untuk tulisan-tulisan saya.  Saya telah memberanikan diri memulainya. Sebagai seorang warganegara, saya menulis dari pandangan seorang Kristiani kepada pimpin bangsa, Hasyim Muzadi. Saya menghayati Islam sebagai ajaran perdamaian. Saya kemudian mendiskusikannya dari perspektif  toleransi, HAM dan agama-agama.

Indonesia penuh dengan bermacam-macam  rumah damai di mana agama-agama menginstitusikan dirinya. Tetapi kesenjangan keadilan dalam dunia global, turut mempengaruhi kerenggangan relasi kewarganegaraan di Indonesia. Tarikan dari dampak kerusuhan Ambon masih sangat kuat terhubungkan dengan geger 11 September 2011.  Saya mengulas untuk meluruskan posisi dari konflik sosial di Maluku dan upaya melepaskan masyarakat dari jebakan ideologis yang meletupkan lagi kekerasan pada tanggal 11 September 2011 di kota Ambon.  Kepulauan Maluku, dikelilingi laut, memang memerlukan penguatan pemberdayaan perdamaian. Perdamaian perlu menjadi perspektif yang mengendalikan sesama warganegara di Maluku untuk mengatasi kerenggangan tali persaudaraan yang pernah ada dalam ikatan kehidupan persaudaraan di sana. 

Perdamaian adalah hadiah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan bisa memulai perdamaian ketika manusia menolak untuk berdamai. Saya menulis tentang Tuhan berdamai di Gaza, Palestina untuk mengakui tentang keterhubungan manusia dalam tata politik dunia. Kegoncangan di Gaza, di Amerika Serikat bisa berdampak bagi ketenangan dan kedamaian di Indonesia.

Asumsi bahwa kekerasan bisa dihindari ketika penguatan hukum dilaksanakan  ternyata dapat berdampak bagi perlakuan negara seolah-olah seperti hukum yang rigit.  Kenyataan ini makin diperparah apabila ukuran perlakuan negara dibangun dari pandangan keagamaan yang pengklaimannya malahan mereduksi hati agama.  Ternyata, perlakuan atas nama negara bisa meresahkan seperti yang terjadi di Yogyakarta ketika eksekusi bagi empat tapol Polda di Lapas Cebongan Sleman. Menghadapi kekagetan sosial ini, sebagai seorang Kristiani, seorang pribadi, tanpa bermaksud melepaskan diri dari keinstitusian agama,  saya merefleksikan penderitaan Kristus dalam diri manusia, sehingga perdamaian yang sejati tetap berdiri tegak di dalam diri dalam menghadapi badai kekerasan di Indonesia.

Adanya tradisi kehidupan beragama dalam budaya masyarakat, diwariskan melalui tulisan-tulisan bersama, bisa menjadi inspirasi dalam mencapai kembali kehidupan bersama di Indonesia.  Anak-anak menjadi pintu masuk dalam mempertemukan kepentingan-kepentingan orang dewasa. Anak-anak dengan kepolosan mereka adalah perdamaian itu sendiri. Tak ubahnya dengan anak-anak, kepolosan seorang dewasa lainnya, atau dua orang beriman lainnya, telah menghantarkan saya sampai pada perjalanan melintasi iman sendiri menghampiri sesama warganegara dalam kesejatiaan imannya, iman Islam untuk menemukan wajah Sang Pencipta di sana.  Saya menulis untuk menunjukkan bahwa perjalanan melintasi iman bisa dilakukan sebagai upaya memahami dan mendukung  perluasan pendalaman bathin mencapai kesejatiannya yang mengiklas.  

Perjalanan iman seseorang dan sekelompok orang adalah perjalanan mendunia, perjalanan pertemuan dengan orang-orang yang berbeda untuk menyaksikan kemahaajaiban kemurahan Sang Pencipta dalam hidup manusia. Melintasi memasuki cerita mereka adalah jalan menuju kepada Allah. Melalui pertemuan dengan iman seseorang saya menguatkan iman diri sendiri sehingga perdamaian menjadi ukuran yang dapat dicapai dan dilaksanakan dalam hidup sehari-hari.

Pembacaan yang meluas diikuti dengan upaya mendiskusikannya dalam jejaring sosial maupun melalui Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua, diharapkan akan menguatkan gerakan budaya damai untuk mencapai  keadilan, kesejahteraan dan perdamaian di Indonesia.   Saya memilih tanda-tanda langit, tanda awan untuk menunjukkan kedekatannya pada pengorganisasian gerakan sosial.  Dua artikel saya ikutkan untuk mendorong proses penguatan gerakan budaya damai untuk Indonesia beradab, yaitu Pendidikan Politik Warganegara melalui Petisi Warganegara NKRI untuk Papua dan perumusan bersama 67 ayat-ayat permenungan Pancasila bersama warga Facebook.  Harapan besar adalah pergerakan perdamaian di Indonesia mengalami metamorfose baik yang terjadi pada institusi maupun pribadi demi pribadi untuk mencapai keindonesiaan bersama. 


Tulisan bukan segala-galanya, karena keterbatasannya dalam menggerakan imajinasi manusia. Karena itu,untuk Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua,  artikel-artikel dilengkapi dengan puisi dan foto-foto dari cepretan saya yang berisi tulisan kebijakan terkait dengan perdamaian.  Foto-foto dan puisi-puisi juga saya ikutkan dalam buku ini.  Saya mengolah isu-isu dari tulisan artikel ke dalam bentuk  “11 Satir Hukum Nasional” yang merupakan karya seni kawat untuk dipamerkan juga dalam Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Dalam seri tulisan ini saya belum berkesempatan membahas karya seni kawat dalam seri “11 Satir Hukum Nasional”.

Walaupun begitu,  saya memilih karya seni kawat dengan judul “Pukat Koruptor” (Farsijana Adeney-Risakotta: bahan bambu, kawat, koin logam dan uang kertas, April 2013) sebagai kulit muka buku Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Saya mengerjakan karya seni ini untuk menurunkan refleksi saya tentang korupsi yang pernah saya tulis kemudian menjadi bahan permenungan di bulan Ramadhan 2011 di kalangan warga Facebook.  

Selanjutnya pembacaan tentang ke-11 karya seni kawat “11 Satir Hukum Nasional”  bisa dilihat pada blog  Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua (http://farsijanaindonesiauntuksemua.blogspot.com>

Buku ini adalah ucapan terima kasih saya kepada Indonesia, negara saya tercinta. Buku ini juga mengingatkan kepada suami saya yang telah mencintai Indonesia melebihi cara saya mencintai dirinya. Saya sadar sejak blog mengambil judul Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua, bahwa baik blog maupun buku ini adalah milik sesama warganegara NKRI.

Mereka yang saya percaya bersama-sama mengawal Indonesia menjadi bangsa besar yang darinya pengalaman perdamaian dialirkan ke seluruh muka bumi. Pertama-tama, mereka adalah sahabat-sahabat saya dalam jaringan dunia maya, Facebook dan berbagai media jejaring sosial lainnya.  Mereka juga yang saya jumpai dalam perjalanan mengIndonesia yang kemudian saya tuturkan kembali untuk dibagikan secara luas kepada sesama warganegara NKRI lainnya. Terima kasih kepada Bentara Budaya Yogyakarta, Pak Hermanu, Ibu M. Wuryani, dan mba Zulianti yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengekspresikan harapan melalui  pameran demi Indonesia yang damai untuk semua. Uluran tangan Bentara Budaya Yogyakarta untuk menulis kata pengantar untuk buku ini adalah berkat kepada saya.

Ucapan terima kasih, saya juga sampaikan kepada sahabat-sahabat yang menggerakkan Indonesia untuk menuju perdamaian, mereka yang berada di seluruh Indonesia dan bersedia menulis untuk back cover buku ini. Saya mengucapkan terima kasih mendalam kepada Ibu Deva Sebayang, pak Frans Borgias dan Dr. Moch Nur Ichwan. The last but not the least, pak Bernie Adeney-Risakotta, suami saya yang mencintai Indonesia sedalam cinta kasihnya kepada saya. Pak Bernie membuka Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Hanya tindakan kasih sayang saya kepada Indonesia dan dirinya bisa membalas kelembutan dan keteguhan pak Bernie. Pada kesempatan itu, GKR Hemas berhalangan hadir. GKR Hemas sebagai anggota DPD periode 2009-2014 dari DI.Yogyakarta telah menguatkan dan menjaga keragamanan Indonesia untuk perdamaian di bumi tercinta ini.
 
Damailah, sejahteralah, adillah Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua seperti yang difirmankan Tuhan dalam tradisi Abrahamik: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mikha 6: 8).  
Yogyakarta, bulan Kebangkitan Nasional, Mei 2013.


*) Tulisan ini telah mengalami revisi dari versi buku Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua (cetakan pertama, Mei 2013) terutama untuk menambah ucapan terima kasih saya kepada Dr. Moch Nur Ichwan dan Pak Bernie Adeney-Risakotta. Revisi akan dilakukan ketika buku Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua dicetak lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar