Translate

Kamis, 30 Mei 2013

Buku Petisi Warganegara NKRI untuk Papua: Kata Pengantar

                           
 

                                            Buku Petisi Warganegara NKRI untuk Papua      

                                                                     Kata Pengantar
                                                                           Oleh
                                                               Librano Louis Apituley

Dengan memuji syukur kepada Tuhan YME, kata pengantar ini akan menjadi suatu
tuturan yang mengharukan bagi kita semua. Bersyukur untuk berkat Tuhan
sehingga gerakan penguatan masyarakat sipil mengawal kebijakan publik,
mendorong pemerintah RI memfasilitasi perdamaian di tanah Papua bisa terus
berlanjut.

Kisahnya berawal dari komentar saya pada sebuah postingan status pada tanggal
19 Juni 2012 di halaman muka akun Facebook Ibu Farsijana Adeney-Risakotta,
yang saya sapa dengan nama panggilan Usi Nona, yang mengkritisi pernyataan
Wakil Menteri Pertahanan - Letnan Jendral TNI Sjafrie Sjamsoeddin di harian
nasional Kompas tanggal 19 Juni 2012 tentang masalah keamanan di Papua, dari
interaksi komentar status tersebut munculah komentar ajakan dari Usi Nona untuk
melakukan suatu tindakan nyata untuk mendesak pemerintah memberhentikan
kekerasaan di Papua. Dengan melalui sejumlah diskusi, akhirnya kami berdua
sepakat untuk membuat sebuah Page di Facebook dengan nama "Petisi
Warganegara NKRI Untuk Papua". Page "Petisi Warganegara NKRI Untuk Papua"
yang bertujuan untuk menggalang dukungan dari masyarakat pengguna media
sosial Facebook ini di perkenalkan ke publik pertama kali pada tanggal 20 Juni
2012 dengan Usi Nona dan saya sebagai Moderator-nya.

Keputusan menggalang dukungan untuk Papua dengan membuat Page "Petisi
Warganegara NKRI Untuk Papua" di sebuah media sosial internet karena kami
memahami dan melihat potensi luas penyebaran informasi, potensi kemungkinan
dukungan yang besar dari total sekitar 4000an orang teman (dan keterhubunganya)
pada akun Usi Nona dan akun saya, juga kenyataan pengguna internet di Indonesia
63 juta pengguna(data 2012, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia/APJII), dengan 82,5% nya adalah mengakses Facebook. Sasaran
strategis-positif lainnya yang ingin di lakukan dan di capai melalui Page "Petisi
Warganegara NKRI Untuk Papua" adalah memberikan alternatif pandangan
objektif dalam konteks pemahaman Negara Kesatuan Republik Indonesia/NKRI
kepada masyarakat luas dalam memahami kondisi Papua dengan segala
kompleksitas masalahnya di tengah-tengah begitu banyak portal/blog/berita/artikel
online dalam dan luar negeri yang negatif, tidak objektif dan bukan/bertentangan
dengan konteks pemahaman NKRI.

3 bulan pertama sejak di perkenalkan, Page "Petisi Warganegara NKRI Untuk
Papua" telah di akses oleh pengguna media sosial di 11 negara di 4 benua
(termasuk negara sangat berpengaruh dalam politik dunia - Amerika Serikat), 18
kota di Indonesia (termasuk kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan
Yogyakarta sebagai kota pelajar). Suatu dampak yang cukup signifikan. Dengan
pola penggalangan dukungan yang edukatif, komunikatif, partisipatif, persuasif
lewat status-status, lewat tulisan-tulisan artikel yang produktif dan penyampaian
isyu-isyu mendasar mayoritas dari tulisan-tulisan Usi Nona, berdasarkan data
terakhir (5 Mei 2013), terdapat 635 orang yang memberikan konfirmasi setuju,
total 692.638 orang mengakses (terinteraksi) dengan Page "Petisi Warganegara
NKRI Untuk Papua".

Petisi Warganegara NKRI untuk Papua juga melakukan diskusi-diskusi yang
disebut “kopi darat”, seperti dilakukan di Yogyakarta. Usi Nona mengorganisir
diskusi yang melibatkan mahasiswa/i Papua yang tergabung dalam Forum
Mahasiswa-Mahasiswi Papua (Formapa). Mereka juga dilibatkan untuk
beraudiensi dengan anggota DPRD DIY pada sarasehan hari Ibu 2012 yang
mengangkat topik Penguatan Kapasitas Anggota DPRD dan Masyarakat Sipil
dalam Pemberantasan Korupsi dan Mengawal Kebijakan Publik. Tujuannya adalah
penguatan kapasitas sumberdaya masyarakat Papua sehingga bisa melakukan
pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi mengawal kebijakan publik di
tanah Papua.

Angka sebagai data alat ukur hasil suatu usaha adalah penting dalam melihat
sejauh mana dampak yang sudah di berikan dan yang terasakan. Tetapi bagi kami
adalah jauh lebih penting dan fokus pada proses pembelajaran, pembentukan
pemahaman, perubahan paradigma, edukasi, membangun kesadaran akan krisis
dan keperdulian bahwa Papua adalah bagian integral dan tidak terpisahkan dari
NKRI, bahwa saudara-saudara Papua punya hak yang sama untuk hidup layak dan
damai di Bumi Pertiwi.

Untuk buku ini, kami, usi Nona dan saya berbagi tugas. Saya mempersiapkan front
dan back cover. Front Cover terdiri dari tiga unsur foto yaitu foto Waigeo Aljui
panoramic Bay, Raja Ampat Islands sebagai latar belakang, foto seorang laki-laki
Papua yang berdiri sedang meniup bia dan foto bendera merah putih dan burung
Garuda Pancasila.

Back Cover - terdiri dari foto seorang wanita Papua sebagai foto utama ("Papuan
beauty" by Jacob Duijzer) dan foto sekumpulan anak-anak. Desain pada Front
Cover mengandung pengertian bahwa seluruh warga NKRI - termasuk orang
Papua berseru dan meminta perhatian pemerintah RI. Seruan mereka terlihat
langsung pada dukungan kepada Petisi Warganegara NKRI untuk Papua.
Semuanya berkomitmen hidup di bawah satu bendera - bendera merah putih
berdasarkan nilai-nilai luhur dari Pancasila sebagai Ideologi Dasar bersama.
Sedangkan makna Back Cover adalah harapan penuh dari keyakinan pemenuhan
keadilan, kesejahteraan dan perdamaian sedang dinanti-nantikan juga oleh
perempuan dan anak-anak di tanah Papua.

Harapan usi Nona dan saya, buku Petisi Warganegara NKRI untuk Papua dapat
mewakili pengawalan masyarakat sipil di Indonesia dalam kebijakan pemerintah
memfasilitasi penegakan-penegakan perdamaian di tanah Papua. Buku ini akan
diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk turut bersama-sama
dengan seluruh insan Indonesia melakukan keadilan dan kesejahteraan di Papua.
Damailah Papua, damailah Indonesia.

Salam solidaritas NKRI!

(Librano Louis Apituley - Kreator &Moderator Page "Petisi Warganegara NKRI Untuk
Papua"-Facebook, Trainer, Consultant, Motivational Speaker, Managing Director
"EnergyGiver" Consultant-Jakarta )

Merefleksikan Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua




Merefleksikan Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua*)
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta

Kisah kasih blog “Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua” dimulai dari diskusi online di Facebook. Pada tanggal 3 April 2011, saya menulis “Perkenalan diri” di blog Farsidarasjana. Pada waktu itu blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua belum “lahir”.  Beberapa minggu kemudian, tepatnya 24 April 2013, blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk mulai eksis.  Jadi di laman Perkenalan diri, saya menulis tentang alasan memulai menulis di blog karena aksesitas untuk posting tulisan langsung ke timeline saya di Facebook diblok. Saya sampai sekarang belum tahu siapa dan apa alasan kejadian itu menimpa saya.  

Hikmahnya patut disyukur karena sejak itu saya sudah menulis lebih dari 200 artikel, puisi, berita dan analisis untuk Petisi Warganegara NKRI untuk Papua.  Pembaca blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua sudah hampir 20.000 orang.  Interaksi antara saya dengan pembaca, kebanyakan terjadi pada Facebook dengan kurang lebih 3000 jejaring disamping perluasan yang terjadi melalui page “Petisi Warganegara NKRI untuk Papua” yang mencapai 700.000 pembaca ketika tulisan-tulisan dari  Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua disebarluaskan.  Sekalipun, hanya ada sekitar 11 pengikut dari blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua, tetapi interaksinya sebenarnya terjadi langsung pada saat online di Facebook.

Pada internet, tulisan-tulisan dari Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua bisa diakses dengan mudah, karena hampir semua tulisan telah terbuka, bisa ditemukan melalui googling. Perluasan aksesitas tulisan dari blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua terjadi karena kebutuhan pembaca dunia maya terhadap isu-isu yang penting terkait kebangsaan dan kenegaraan yang bisa diperoleh gratis dengan pembahasan mendalam.
Jadi sekarang tidak ada lagi yang menghapus atau menghentikan aksesitas saya untuk mempublikasi tulisan-tulisan. Blog adalah rumah saya yang kapan saja bisa dikunjungi untuk memperbaiki suatu tulisan yang akan dipublikasi maupun yang sudah diluncurkan.

Blog saya sangat sederhana dibandingkan dengan blog lainnya. Aplikasi yang dipergunakan adalah yang disediakan dalam fasilitas blogger. Saya mengunakan tulisan-tulisan dengan foto-foto dan aksesitas link ke berita lainnya yang bisa menguatkan tulisan saya.
Sesudah dua tahun blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua melayani pembaca di seluruh Indonesia, saya memutuskan untuk melakukan kopi darat dengan menyelenggarakan Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua yang diselenggarakan pada 21-29 Mei 2013 di Bentara Budaya Yogyakarta.

Buku ini adalah kumpulan tulisan-tulisan saya yang terseleksi ditampilkan dalam pameran sebagai poster artikel, puisi kanvas dan fotografi perdamaian. Ada beberapa artikel yang tidak ditampilkan dalam poster artikel, tetapi saya ikutkan dalam buku ini.  Pameran yang berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta, tidak bisa memuat semua artikel tsb. Sehingga pilihan artikel diutamakan yang sejalan dengan tema perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Indonesia adalah negara dan bangsa saya, juga adalah kepunyaan sesama warganegara lainnya, bagian dari kemilikan bersama, warga dunia. Indonesia terjaring dalam hidup global.  Konektisitas Indonesia sedang berpengaruh terhadap perubahan diri Indonesia. 

Menenun penggalan Indonesia memang tidak mudah. Tetapi melalui blog, saya melakukannya setiap waktu, tiada berhenti menenun Indonesia. Dimulai dari meneropong lorong hati manusia, saya tiba pada perjalanan menemukan Indonesia. Nama Indonesia adalah bagian dari peradaban bersama  yang mencerminkan pandangan bangsa-bangsa terhadap representasi Indonesia dalam geopolitik di dunia. 

Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua adalah upaya saya menggambarkan tantangan bersama sebagai warganegara mencapai kerukunan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang mendasar.  Indonesia menunggu cinta kasih yang diekspresikan oleh warganegaranya di mana-mana mereka berada. Untuk mencapainya memang ada harga perdamaian yang harus dibayar.  

Indonesia sebagai bangsa terus berubah. Perubahannya mungkin mengancam kerukunan hidup bersama, tetapi Pancasila bisa menjadi sarana metodologi untuk membangun perdamaian di Indonesia. Ujian Pancasila sudah dilewati dalam rentangan kehidupan berbangsa dan bertanah air di Indonesia. Penyesuaian tentang pandangan bernegara dan berbangsa perlu dilakukan dalam rangka pemahaman negara sebagai negara gerakan paska reformasi. 

Negara gerakan memungkinkan Indonesia dalam mengimplementasikan cita-cita kehidupan bersama bisa dilakukan secara susbtansial melalui partisipasi warga mengawal kebijakan-kebijakan bersama.  Negara gerakan bukan negara proyek, tetapi negara yang memfasilitasi aksesitas keterlibatan warganegara mencapai hak dan tanggungjawabnya menegakkan keadilan, kesejahteraan dan perdamaian.   

Dalam konteks pencapaian perdamaian ini, kehidupan kebersamaan di Indonesia bisa digoncangkan ketika karena alasan-alasan hukum, sesama warganegara saling melakukan kekerasan. Ternyata kekerasan yang melibatkan individu, kelompok dengan menggandeng persoalan-persoalan perbedaan pilihan ideologi, interpretasi keagamaan dan aksesitas pengelolaan sumber daya alam bisa memicu keretakan dan keterpecahan dalam masyarakat.

 
Kejujuran untuk menjangkau sesama dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengawalan kebijakan, kemudian merefleksikannya merupakan salah satu bentuk dialog aksi yang  menjadi  sumber inspirasi untuk tulisan-tulisan saya.  Saya telah memberanikan diri memulainya. Sebagai seorang warganegara, saya menulis dari pandangan seorang Kristiani kepada pimpin bangsa, Hasyim Muzadi. Saya menghayati Islam sebagai ajaran perdamaian. Saya kemudian mendiskusikannya dari perspektif  toleransi, HAM dan agama-agama.

Indonesia penuh dengan bermacam-macam  rumah damai di mana agama-agama menginstitusikan dirinya. Tetapi kesenjangan keadilan dalam dunia global, turut mempengaruhi kerenggangan relasi kewarganegaraan di Indonesia. Tarikan dari dampak kerusuhan Ambon masih sangat kuat terhubungkan dengan geger 11 September 2011.  Saya mengulas untuk meluruskan posisi dari konflik sosial di Maluku dan upaya melepaskan masyarakat dari jebakan ideologis yang meletupkan lagi kekerasan pada tanggal 11 September 2011 di kota Ambon.  Kepulauan Maluku, dikelilingi laut, memang memerlukan penguatan pemberdayaan perdamaian. Perdamaian perlu menjadi perspektif yang mengendalikan sesama warganegara di Maluku untuk mengatasi kerenggangan tali persaudaraan yang pernah ada dalam ikatan kehidupan persaudaraan di sana. 

Perdamaian adalah hadiah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan bisa memulai perdamaian ketika manusia menolak untuk berdamai. Saya menulis tentang Tuhan berdamai di Gaza, Palestina untuk mengakui tentang keterhubungan manusia dalam tata politik dunia. Kegoncangan di Gaza, di Amerika Serikat bisa berdampak bagi ketenangan dan kedamaian di Indonesia.

Asumsi bahwa kekerasan bisa dihindari ketika penguatan hukum dilaksanakan  ternyata dapat berdampak bagi perlakuan negara seolah-olah seperti hukum yang rigit.  Kenyataan ini makin diperparah apabila ukuran perlakuan negara dibangun dari pandangan keagamaan yang pengklaimannya malahan mereduksi hati agama.  Ternyata, perlakuan atas nama negara bisa meresahkan seperti yang terjadi di Yogyakarta ketika eksekusi bagi empat tapol Polda di Lapas Cebongan Sleman. Menghadapi kekagetan sosial ini, sebagai seorang Kristiani, seorang pribadi, tanpa bermaksud melepaskan diri dari keinstitusian agama,  saya merefleksikan penderitaan Kristus dalam diri manusia, sehingga perdamaian yang sejati tetap berdiri tegak di dalam diri dalam menghadapi badai kekerasan di Indonesia.

Adanya tradisi kehidupan beragama dalam budaya masyarakat, diwariskan melalui tulisan-tulisan bersama, bisa menjadi inspirasi dalam mencapai kembali kehidupan bersama di Indonesia.  Anak-anak menjadi pintu masuk dalam mempertemukan kepentingan-kepentingan orang dewasa. Anak-anak dengan kepolosan mereka adalah perdamaian itu sendiri. Tak ubahnya dengan anak-anak, kepolosan seorang dewasa lainnya, atau dua orang beriman lainnya, telah menghantarkan saya sampai pada perjalanan melintasi iman sendiri menghampiri sesama warganegara dalam kesejatiaan imannya, iman Islam untuk menemukan wajah Sang Pencipta di sana.  Saya menulis untuk menunjukkan bahwa perjalanan melintasi iman bisa dilakukan sebagai upaya memahami dan mendukung  perluasan pendalaman bathin mencapai kesejatiannya yang mengiklas.  

Perjalanan iman seseorang dan sekelompok orang adalah perjalanan mendunia, perjalanan pertemuan dengan orang-orang yang berbeda untuk menyaksikan kemahaajaiban kemurahan Sang Pencipta dalam hidup manusia. Melintasi memasuki cerita mereka adalah jalan menuju kepada Allah. Melalui pertemuan dengan iman seseorang saya menguatkan iman diri sendiri sehingga perdamaian menjadi ukuran yang dapat dicapai dan dilaksanakan dalam hidup sehari-hari.

Pembacaan yang meluas diikuti dengan upaya mendiskusikannya dalam jejaring sosial maupun melalui Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua, diharapkan akan menguatkan gerakan budaya damai untuk mencapai  keadilan, kesejahteraan dan perdamaian di Indonesia.   Saya memilih tanda-tanda langit, tanda awan untuk menunjukkan kedekatannya pada pengorganisasian gerakan sosial.  Dua artikel saya ikutkan untuk mendorong proses penguatan gerakan budaya damai untuk Indonesia beradab, yaitu Pendidikan Politik Warganegara melalui Petisi Warganegara NKRI untuk Papua dan perumusan bersama 67 ayat-ayat permenungan Pancasila bersama warga Facebook.  Harapan besar adalah pergerakan perdamaian di Indonesia mengalami metamorfose baik yang terjadi pada institusi maupun pribadi demi pribadi untuk mencapai keindonesiaan bersama. 


Tulisan bukan segala-galanya, karena keterbatasannya dalam menggerakan imajinasi manusia. Karena itu,untuk Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua,  artikel-artikel dilengkapi dengan puisi dan foto-foto dari cepretan saya yang berisi tulisan kebijakan terkait dengan perdamaian.  Foto-foto dan puisi-puisi juga saya ikutkan dalam buku ini.  Saya mengolah isu-isu dari tulisan artikel ke dalam bentuk  “11 Satir Hukum Nasional” yang merupakan karya seni kawat untuk dipamerkan juga dalam Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Dalam seri tulisan ini saya belum berkesempatan membahas karya seni kawat dalam seri “11 Satir Hukum Nasional”.

Walaupun begitu,  saya memilih karya seni kawat dengan judul “Pukat Koruptor” (Farsijana Adeney-Risakotta: bahan bambu, kawat, koin logam dan uang kertas, April 2013) sebagai kulit muka buku Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Saya mengerjakan karya seni ini untuk menurunkan refleksi saya tentang korupsi yang pernah saya tulis kemudian menjadi bahan permenungan di bulan Ramadhan 2011 di kalangan warga Facebook.  

Selanjutnya pembacaan tentang ke-11 karya seni kawat “11 Satir Hukum Nasional”  bisa dilihat pada blog  Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua (http://farsijanaindonesiauntuksemua.blogspot.com>

Buku ini adalah ucapan terima kasih saya kepada Indonesia, negara saya tercinta. Buku ini juga mengingatkan kepada suami saya yang telah mencintai Indonesia melebihi cara saya mencintai dirinya. Saya sadar sejak blog mengambil judul Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua, bahwa baik blog maupun buku ini adalah milik sesama warganegara NKRI.

Mereka yang saya percaya bersama-sama mengawal Indonesia menjadi bangsa besar yang darinya pengalaman perdamaian dialirkan ke seluruh muka bumi. Pertama-tama, mereka adalah sahabat-sahabat saya dalam jaringan dunia maya, Facebook dan berbagai media jejaring sosial lainnya.  Mereka juga yang saya jumpai dalam perjalanan mengIndonesia yang kemudian saya tuturkan kembali untuk dibagikan secara luas kepada sesama warganegara NKRI lainnya. Terima kasih kepada Bentara Budaya Yogyakarta, Pak Hermanu, Ibu M. Wuryani, dan mba Zulianti yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengekspresikan harapan melalui  pameran demi Indonesia yang damai untuk semua. Uluran tangan Bentara Budaya Yogyakarta untuk menulis kata pengantar untuk buku ini adalah berkat kepada saya.

Ucapan terima kasih, saya juga sampaikan kepada sahabat-sahabat yang menggerakkan Indonesia untuk menuju perdamaian, mereka yang berada di seluruh Indonesia dan bersedia menulis untuk back cover buku ini. Saya mengucapkan terima kasih mendalam kepada Ibu Deva Sebayang, pak Frans Borgias dan Dr. Moch Nur Ichwan. The last but not the least, pak Bernie Adeney-Risakotta, suami saya yang mencintai Indonesia sedalam cinta kasihnya kepada saya. Pak Bernie membuka Pameran Blog dan Seni Rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Hanya tindakan kasih sayang saya kepada Indonesia dan dirinya bisa membalas kelembutan dan keteguhan pak Bernie. Pada kesempatan itu, GKR Hemas berhalangan hadir. GKR Hemas sebagai anggota DPD periode 2009-2014 dari DI.Yogyakarta telah menguatkan dan menjaga keragamanan Indonesia untuk perdamaian di bumi tercinta ini.
 
Damailah, sejahteralah, adillah Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua seperti yang difirmankan Tuhan dalam tradisi Abrahamik: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mikha 6: 8).  
Yogyakarta, bulan Kebangkitan Nasional, Mei 2013.


*) Tulisan ini telah mengalami revisi dari versi buku Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua (cetakan pertama, Mei 2013) terutama untuk menambah ucapan terima kasih saya kepada Dr. Moch Nur Ichwan dan Pak Bernie Adeney-Risakotta. Revisi akan dilakukan ketika buku Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua dicetak lagi.

Sabtu, 25 Mei 2013

Menulis dengan tangan kiri


Menulis dengan tangan kiri
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta

Tulisan saya terakhir tentang Otsus Plus untuk Papua. Saya sekarang mencoba menenun kembali kata-kata dalam tulisan dengan tangan kiri. Walaupun sebentar saja, saya ingin memulai menulis kembali di blog Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua.

Sesudah saya harus melukis dengan tangan kiri, sekarang saatnya saya harus menulis dengan tangan satu. Tangan kanan saya masih sangat sakit untuk kembali menulis. Saya pernah berpikir, Tuhan mengikat tangan kanan saya supaya bisa melukis dengan tangan kiri. Tetapi pameran tunggal saya, yang sedang memajangkan karya-karya dari hasil kerja tangan kiri harusnya memberi dorongan kepada saya untuk menulis. Saya sebenarnya sudah menulis kepada komunitas di Facebook,  langsung posting karya-karya tsb dan memberikan komentar.  

Ada 44 karya seni saya yang sedang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta dengan tema pameran blog dan seni rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua. Kenapa karya-karya tsb berjumlah 44. Sebenarnya ada 44 kategori karya, yaitu 11 poster artikel, 11 fotografi perdamaian, 11 puisi kanvas dan 11 karya kawat satir hukum nasional. Angka 11 saya pilih karena terkait dengan tanggal kelahiran saya.

Seperti suatu kelahiran, saya menyambut karya-karya sendiri sambil terkejut karena terheran-heran saya bisa melukis dengan tangan kiri dan membuat karya kawat juga dengan tangan kiri. Saya akan menjelaskannya satu per satu. Untuk sementara ini saya menghubungkan pembaca dengan laporan-laporan dari media cetak dan online tentang pameran blog dan seni rupa Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua.

  1. Artikel di Koran Tempo berjudul “Dari Blog ke Pamer” bisa dilihat pada http://koran.tempo.co/konten/2013/05/23/310781/Dari-Blog-ke-Ruang-Pamer

  1. Artikel di Jogjanews yang berjudul “Pameran blog & seni rupa “Indonesiaku Indonesiamu Indonesia untuk semua” Farsijana Adeney-Risakotta bisa diakses pada link http://jogjanews.com/pameran-blog--seni-rupa-indonesiaku-indonesiamu-indonesia-untuk-semua-farsijana-adeney-risakotta
  2. Artikel lainnya di Jogjanews yang berjudul “Diskusi Seni Mendorong Gerakan Sosial, Harus Ada Kesatuan Antara Seniman dan Isu” bisa diakses pada http://jogjanews.com/diskusi-seni-mendorong-gerakan-sosial-harus-ada-kesatuan-antara-seniman-dengan-isu
  3. Artikel berjudul “Suara Kritis Blogger Muda” ditulis dan dimuat pada Satulingkar com bisa diakses melalui http://www.satulingkar.com/detail/read/10/2153/suara-kritis-blogger-muda





Jumat, 03 Mei 2013

OTSUS Plus Merepresentasikan Peniadaan Tanggungjawab Penuntasan Evaluasi Otsus Papua


Petisi Warganegara NKRI untuk Papua dalam Morning News!
OTSUS Plus Merepresentasikan Peniadaan Tanggungjawab Penuntasan Evaluasi Otsus Papua!
Oleh Farsijana Adeney-Risakotta
Selamat pagi sahabat-sahabat. Selamat berakhir pekan. Pagi ini Petisi Warganegara NKRI untuk Papua dikagetkan dengan munculnya peristilahan baru, yaitu OTSUS Plus.
Menurut publikasi berita dari Kementerian Dalam Negeri berjudul “Otsus Plus diharapkan jadi solusi bagi Papua” <http://www.kemendagri.go.id/news/2013/04/30/otsus-plus-diharapkan-jadi-solusi-bagi-papua>, Presiden SBY dalam perjumpaannya dengan Gubernur Papua, Lukas Enembe dan rombongan baru-baru ini, menjelaskan bahwa pemerintah sedang menyusun OTSUS Plus. Selain Gubernur, delegasi Papua terdiri dari Wakil Gubernur Klemen Tinal, Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Timotius Murib, dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) Yunus Wonda.
Komitmen Presiden SBY untuk penyelesaian masalah-masalah Papua sebelum  masa jabatannya berakhir menjadi pendorong lahirnya OTSUS Plus.  Kementerian Dalam  Negeri sedang dalam penggarapan konten  OTSUS Plus. Presiden SBY mengharapkan bisa mengunjungi Papua pada bulan Agustus 2013.
Pemberitaan tentang Otsus Plus segera mendapat tanggapan dari orang asli Papua seperti diberitakan oleh Tabloid Jubi Online. Memilih judul “Otsus Plus dinilai membingungkan OAP”, Tabloid Jubi mempertanyakan perbedaan antara Otsus dan Otsus Plus. Perbedaan penamaan Otsus Papua harusnya tidak mengingkari penerapanan kontennya yang masih belum dilaksanakan secara maksimal.  Apapun namanya, Otsus Papua harus bisa menjamin perlindungan kepada Orang Asli Papua di dalam kebijakan pembangunan di Papua. Tabloid Jubi mengharapkan pemerintah harus bisa memfasilitasi aksesitas dan peluang bagi pedagang asli Papua di seluruh Papua, membentuk pengadilan HAM untuk bisa menyelesaikan kasus-kasus kekerasan yang terbengkalai sampai saat ini.
Ternyata bukan saja Orang Asli Papua yang dibingungkan dengan munculnya peristilahan baru Otsus Plus, tetapi pemberitaan Kompas juga menjelaskan bahwa DPR mempertanyakan langkah pemerintah memperluas Otsus Papua sehingga disebut Otsus Plus. Ketua Pengawas Otsus Papua dan Aceh DPR, Priyo Budi Santoso yang juga Wakil Ketua DPR menyatakan bahwa pemerintah harus menghormati dan mengimplementasikan UU Otsus Papua. Persoalan-persoalan yang muncul di Papua disebabkan karena Otsus Papua belum diimplementasikan dengan baik.
Otsus Plus yang dimaksudkan seperti dilaporkan Kompas akan memberikan peran kepada masyarakat Papua untuk merumuskan kebijakan pembangunan ke depan.  Kemendagri diberikan tugas untuk mempersiapkan RUU Otsus Plus yang akan dipakai untuk merevisi  UU Otsus Papua.
Menanggapi perencanaan pemerintah RI, Petisi Warganegara NKRI untuk Papua berharap bahwa alasan peninjauan Otsus Papua dengan membentuk Otsus Plus bukan sekedar menciptakan proyek di dalam proyek yang sedang berlangsung. Pemerintah RI pertama-tama perlu mengumumkan evaluasi pelaksanaan Otsus Papua yang sampai sekarang belum disampaikan kepada warganegara NKRI terutama warga masyarakat yang terkait langsung dengan pelaksanaan Otsus Papua tsb.
Karena itu, Petisi Warganegara NKRI untuk Papua mendesak Pemerintah RI untuk pertama-tama melaporkan hasil evaluasi Otsus Papua sebelum dilakukan peninjauan, pembuatan dan penamaan kebijakan baru, seperti Otsus Plus.
Marilah sesama warganegara NKRI di seluruh Indonesia maupun sesama warganegara NKRI di Papua, secara bersama mendorong pemerintah dan Presiden SBY untuk melaporkan lebih dulu evaluasi Otsus Papua dan menjelaskan tentang rencana ke depan penyelesaian masalah Papua sebelum dilakukan proses baru dalam  kebijakan publik yang berdampak secara hukum.  Tanpa evaluasi dan pelaporan evaluasi Otsus Papua , rencana pemerintah dan Presiden SBY untuk mencanangkan RUU Otsus Plus harus ditolak karena bertentangan dengan spirit dari Otsus itu sendiri.